Chapter 7

1K 169 91
                                    

Jam weker berdering pukul tujuh pagi membangunkan sang empunya. Hari ini, Calum berniat untuk mengunjungi rumah orangtuanya yang jaraknya cukup jauh dari apartemen yang ditinggalinya.

Dengan mata setengah watt, ia beranjak dari tempat tidurnya untuk mematikan jam wekernya dan bergegas mandi.

Ternyata basuhan air hangat yang mengucur membasahi tubuhnya sangat bekerja merilekskan otot-otot dan fikiran Calum saat ini. Dengan samar, kejadian kemarin sore yang melibatkan wanita berambut hitam legam dengan kulit putih terlintas dibenaknya begitu saja.

Ketika Daveㅡasisten pribadi Calumㅡmemberitahu bahwa ada designer yang orangtua Calum pesan buat pernikahannya, Valerie terlihat menatap Calum dalam menuntut penjelasan.

"Gue udah tunangan, Val."

Calum melontarkan kalimatnya seakan itu cukup memberi informasi kepada wanita di depannya.

Ternyata tidak. Tidak semudah itu wanita didepannya menangkap apa yang Calum lontarkan. Dengan wajah kecewa, Valerie perlahan beranjak dari tempat duduknya seraya memakai tas kecilnya yang sejak awal ia genggam untuk mengatasi rasa gugup.

"Oㅡoh. Gue nggak tau kalo lo mau nikah," ujarnya. "Maaf, ya, udah ganggu lo kerja."

Ketika hampir sampai di ambang pintu, Calum dengan cepat menghampiri Valerie sebelum ia membuka knop pintunya. "Val, gue minta maaf ya."

Valerie mengangguk lemas dan melanjutkan jalan lagi ke pintu. Tetapi, sebelum ia membuka pintu, Valerie berkata, "Uhm.. Kalo lo ada waktu, hari Rabu temenin gue check up pertama, ya," ucapnya dengan ragu.

Calum terlihat tidak menjawab ketika Valerie meminta satu hal dikarenakan pada hari itu, Calum akan survei tempat pernikahan yang bertempat di luar kota.

Merasa tahu jawaban dari Calum, Valerie membuka knop pintunya pelan. "Ah, ya. Gapapa. Gue pulangㅡ"

"Gue bisa."

Tak lama, lamunannya terhenti ketika melihat gerbang rumah orang tuanya terbuka lebar.

Dua jam setelah Calum mengendarai mobilnya untuk sampai di rumah orang tuanya. Disampingnya kini terlihat seorang wanita berwajah tirus yang sedang tertidur pulas di bangku penumpang depan.

Melepaskan seatbelt, Calum sembari menepuk pipi wanita itu pelan. "Di, udah sampe."

Tak lama kemudian, wanita disampingnya mengerjapkan mata beberapa kali lalu mengucek matanya pelan. "Rambut aku udah rapi belum?" Tanyanya seraya membuka kaca di depan yang terletak di langit-langit mobil.

"Dikuncir aja."

Setelah mempersiapkan diri, mereka berdua turun dari mobil dan Calum menggenggam tangan tunangannya erat. "Cal, brownies nya udah dibawa?"

Calum mengangguk dan mereka langsung masuk ke dalam rumah yang sudah lama Calum rindu.

JoyㅡMama Calumㅡterlihat sedang membaca majalah di ruang tamu ketika Calum membuka pintu rumahnya dengan Mali, Kakaknya. "Eh, Calum, Shadia. Capek ya, nak?" Sapa Joy dengan ramah.

Shadia memeluk Mama Calum lalu memberinya ciuman di pipi. "Nggak kok, Ma. Mama sehat?"

"Sehat. Mau minum apa, sayang?"

"Eㅡeh nggak usah, Ma. Nanti Shadia bikin aja sendiri," ucapnya seraya beranjak pergi ke dapur.

Joy terlihat tersenyum tulus kepada Shadia yang notabenenya adalah calon istri dari anaknya, Calum.

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang