Chapter 18

1K 170 112
                                    

Author's POV

"Nggak ada di bayangan gue, Cal, lo bakalan pisah sama Shadia. Ya, as you know, lo paling bucin kalo udah sama Shadia,"

Lelaki berambut kecoklatan dan mempunyai lesung pipit tersebut berkata seraya meyeruput teh hijau yang ia pesan di kedai kopi yang saat ini ia duduki. Lelaki yang sama pula dengan yang datang ke apartemen Calum dengan wajah memar, dia Ashton. Salah satu teman Calum yang Calum anggap sebagai playboy.

Namun, Calum yakin, Ashton adalah sosok orang baik yang akan menemukan cinta sejati yang baik pula di kemudian hari.

Sambil tersenyum miring, Calum berkata, "Shadia hebat banget bikin gue takluk sama dia dulu."

Mengepalkan bon yang baru saja ia dapat dari kasir, Ashton melemparkan ke Calum yang sedang bengong sambil tersenyum miring. "Baru sadar si monyet."

"Terus gimana kelanjutannya? Nyokap lo masih nganggep lo ada hubungan sama adeknya Valerie itu?" seorang perempuan berparas manis ikut menimpali omongan mereka berdua.

Calum mengerdikkan bahunya. "Gue belum ketemu nyokap dari kejadian di rumah sakit waktu itu. Tunggu reda dulu, deh. Baru gue ngejelasin ke nyokap."

"Terus lo kapan jemput Valerie di rumah orang tuanya? Lo nggak bisa diem aja pas bokapnya Valerie minta Valerie pulang ke rumahnya. Gimanapun juga, Valerie masih tanggung jawab lo. Ya, itu kalo lo masih punya tanggung jawab, sih," kekeh Adara, partner kerja sekaligus sahabat dekat Calum dari sekolah menengah.

Calum mengambil nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan dan berniat memikirkan hal tersebut.

〰〰

Minyak telon berbotol kecil adalah salah satu temannya pagi hari ini. Badannya terasa pegal, kakinya sering keram akhir-akhir ini, mual-mualnya pun semakin parah. Setelah mengetahui gejalanya, Harris menduga jika anaknya terkena morning sickness dan itu wajar untuk ibu hamil. Valerie mencoba untuk menikmati segala kesakitan atau apapun yang terjadi selama enam bulan kedepan, demi kandungannya.

Tok tok.

Pintu kamar Valerie terbuka sedikit dan Thalia masuk membawa nampan berisi teh manis hangat dan dua buah kiwi yang sudah dipotong kecil-kecil. Salah satu buah favorit Valerie.

"Mau gue pijitin lagi gak kakinya," ucap Thalia samar. Momen ter-jarang yang dialami Valerie semasa hidupnya. Thalia menawarkan bantuan. Walaupun nadanya tidak seperti pertanyaan, tetapi Valerie masih menghargai tawaran Thalia meskipun ada sedikit kekehan dari Valerie.

Thalia mendegus melihat Valerie terkekeh akibat ia menawarkan bantuan kepada Valerie. "Lagi nggak ngelucu gue."

"Boleh boleh."

Thalia merangkak menaiki kasur Valerie dan memosisikan dirinya di dekat kaki Valerie. "Makasih, Thal, teh nya," ucap Valerie dan hanya dihadiahi gumaman Thalia menjawab ucapannya.

"Thal."

Panggilan dari Valerie menginterupsi Thalia yang sedang fokus memijat kaki sang Kakak. "Apa?"

"Lo beneran gapapaㅡmaksud gue, lo takut sama Calum?"

Mendengar hal itu terus menerus mengusik telinga Thalia, Thalia mendecak. "Nggak. Ngapain?" balasnya. "Gue nya aja yang keterlaluan, gue juga nggak tau dia se-sensitif itu kalo gue bawa-bawa nama Shadia Shadia itu."

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang