Chapter 21

1.1K 173 160
                                    

Setelah pertengkaran yang melibatkan tiga orang di dalam apartemen kemarin malam, hingga saat ini belum ada kata yang terlontar dari bibir Calum maupun Valerie.

Hari ini adalah hari Minggu yang mana semua orang seharusnya dapat mengistirahatkan segala beban yang ia jalani dari hari Senin sampai Sabtu. Kecuali mereka berdua.

Suara piring yang jatuh ke lantai membuat Valerie yang hendak merapikan tempat tidur lantas mengecek keadaan di dapur. Benar saja, piring yang berisi makanan yang Calum buat sendiri jatuh ke lantai. Bahkan, makanan yang Valerie buat tadi pagi sama sekali tidak tersentuh?

Mau tidak mau, Valerie menghampiri Calum yang sedang berjongkok untuk mengumpulkan makanan yang berserakan. Walaupun dalam benaknya, ia masih terngiang akan ucapan Calum tadi malam.

"Lo duduk aja, gue buatin lagi," ujar Valerie seraya berjongkok juga. Namun, tanpa disengaja, tangannya bersentuhan langsung dengan Calum yang membuat Valerie terkejut.

"Yaampun, lo kenapa?" Valerie masih dengan posisinya memegang tangan Calum yang gemetar lalu beralih ke dahinya.

Panas.

Tibatiba, Calum berlari ke arah toilet dan memuntahkan isi perutnya disana. Valerie sempat mengernyit dan menutup hidungnya ketika yang Calum keluarkan adalah minuman alkohol yang ia minum kemarin dan baunya sangat menyengat.

Memijit tengkuk Calum lagi, Calum memuntahkan isi perutnya yang hanya berisi air.

Setelah selesai, Valerie menuntun Calum yang semakin lemas ke arah tempat tidur dan menidurkannya disana. "Tunggu, gue bikinin makan lagi."

Wajahnya sudah pucat, tangan dan kakinya dingin serta gemetar, badannya panas. Dengan cepat, Valerie hanya membuat omelet dan teh manis hangat untuk Calum makan.

Selama sepuluh menit berkutat di dapur, Valerie membawa seluruh hidangannya ke kamar beserta susu putih untuk menetralkan perutnya. Calum terlihat sedang meringkuk dengan keringat dingin mengucur di dahinya.

"Makan dulu, ya." Satu suapan mendarat di mulut Calum yang langsung dimakan olehnya. Tatapan kosong Calum yang menatap Valerie dalam membuat Valerie yang sedang menyuapinya terkesan salah tingkah.

Setelah hampir setengah habis, Calum menyudahinya. "Udah," ucapnya seraya menolak suapan dari Valerie lagi.

"Lo istirahat, ya. Nanti sore ke rumah sakit. Lo minum banyak banget kemarin, Cal."

Setelah merapikan piring dan gelasnya, Valerie menaikkan selimut tebal milik Calum dan Calum berkata, "Nggak usah. Gue udah pernah kayak gini." Valerie menggeleng tanda tidak setuju.

"Yang lo minum kemaren itu minuman keras, Calum."

Calum tetap menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Valerie semakin khawatir dengan keadaan Calum sekarang dengan wajah yang sangat pucat. Namun, sekuat apapun usaha Valerie untuk mengharuskan Calum ke rumah sakit, Calum tetap dengan pendiriannya untuk tidak ke rumah sakit.

"Yaudah, lo mau gue telfon Shadia aja kesini?"

Ada jeda yang lama ketika Valerie menawarkan hal tersebut.

"Nggak usah," balas Calum yang membuat Valerie sedikit menarik sudut bibirnya keatas. "Nanti gue aja yang samper Shadia. Dia juga kayaknya masih marah sama gue," lanjutnya.

Bukan. Bukan itu jawaban yang Valerie inginkan. Ia fikir, Calum akan menjawab, Nggak usah, gue butuhnya lo.

Valerie tersenyum miris membayangkan ekspetasinya tadi.

"Kalo mau apa-apa, gue ada di depan, ya," ujar Valerie seraya membawa nampan yang berisi piring dan gelas untuk Calum makan tadi.

Calum mengangguk dan sesekali menatap kepergian Valerie dari kamarnya.

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang