Chapter 19

1.1K 174 123
                                    

❗️read on your risk❗️

Disini mereka sekarangㅡCalum dan Valerie. Di ruang tunggu rumah sakit yang di seberangnya terdapat pintu bertuliskan name tag dokter spesialis kandungan. Banyak para wanita hamil yang tentunya disampingnya terdapat pasangannya, begitupun Valerie.

Kejadian hari ini sukses membuat hati Valerie tidak karuan. Calum mengajaknya pulang dengan alasan, disana bukanlah rumah Valerie lagi.

Selama di perjalanan pula, Valerie mengingat kembali bahwa jalanan tadi bukanlah arah ke apartemen Calum dan tibalah mereka di sini, di rumah sakit ini. Ia baru ingat baru hari ini jadwal check up ketiganya.

Sekarang pun, seluruh pasang mata yang berada di ruangan ini tertuju kepada Calum yang melepas jaket merahnya dan menyisakan kaos hitam polosnya.

Entah kenapa, Valerie ingin sekali mendeklarasikan kepada seluruh orang disini bahwa yang mereka tatap sedaritadi adalah suaminya, miliknya. Akhirnya dengan tekat besar, Valerie berpindah duduk menjadi sedikit dekat dengan Calum.

"Maaf. Pegel," ucap Valerie.

Tidak sesuai ekspetasinya. Sekarang, Calum makin menjauhi tempat duduk Valerie dan berdiri. Harga diri Valerie di mata ibu-ibu di ruangan ini pun sudah jatuh di bawah.

"Antriannya masih 4 nomer lagi. Mau jalan-jalan dulu ke belakang biar nggak pegel?" ucap Calum mengulurkan tangannya.

Suara Calum yang bisa dibilang tidak kecil hampir memenuhi ruangan ini. Bisa dilihat di mata Valerie, terdapat kemenangan disana.

Dan satu lagi. Calum menggenggam tangan Valerie keluar dari ruang tunggu.

〰〰

"Mrs. Hood?"

Panggilan dari asisten dokter yang Valerie sudah ketahui namanya Aritha menyadarkan Valerie dari kegiatan membaca majalah yang memang disediakan di ruang tunggu. Aritha memanggil dari ambang pintu seraya membaca buku pasien yang dipegangnya. Valerie bangkit dengan diikuti Calum menuju ruang dokter spesialis kandungan.

Tidak ada lagi yang memanggilnya dengan nama. Semua orang memanggilnya dengan embel-embel 'Hood' dibelakangnya.

"Apa kabar, Kak?" tanyanya seraya tersenyum ramah ketika Valerie sampai di ambang pintu. Aritha merupakan salah satu adik tingkatnya di universitasnya yang dulu yang mungkin sekarang sudah bekerja disini.

Valerie mengangguk canggung. "Kamu kok kurusan sih, Rith, sekarang," ucap Valerie berbasa-basi dan hanya dihadiahi kekehan dari Aritha. Setelahnya, Valerie dipersilahkan masuk ke dalam dan duduk di depan dokter.

"Apa kabar, Bu?" tanya sang dokter ketika Valerie mulai mendudukan dirinya di kursi berwarna hitam.

Valerie menjawab seadanya dan langsung dibawa ke tempat USG sebelah yang masih menyatu dengan ruangan dokter.

Benda asing yang dokter jalankan diatas perut Valerie yang sudah sedikit membuncit dan sudah diberi gel memperlihatkan pergerakan kandungannya di layar monitor 4 dimensi. Tanpa sadar, Valerie meneteskan air matanya seraya menggenggam tangan Calum ketika mendengar dan melihat detak jantung dua anaknya yang saling beradu di layar monitor.

Tak lama, dari alat di bawah layar keluar beberapa foto polaroid hasil ultrasonografi tadi yang melihatkan dua janinnya yang tumbuh dengan baik.

"Oh, ya. Apa kalian sama sekali tidak berhubungan intim ketika Ibu Valerie mengandung?" tanya dokter ketika sudah mendaratkan dirinya di kursi khusus miliknya.

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang