Chapter 20

1.2K 177 244
                                    

Matahari sudah memperlihatkan wujudnya dan menembus gordyn tebal berwarna abu-abu milik Calum. Namun, sampai jam menunjukkan tujuh pagi, Calum dan Valerie belum juga ada tanda-tanda jika mereka akan bangun dalam waktu dekat.

Valerie masih dalam posisinya seperti tadi malam, tidur bersandar di dada Calum yang tidak memakai apa-apa dan menjadikan tangan kanan Calum untuk bantal tidurnya. Valerie juga dapat merasakan hembusan nafas berat Calum di rambutnya.

Sedikit pergerakan dari tubuh Valerie yang semakin menenggelamkan wajahnya di dada Calum ternyata dapat membangunkan Calum begitu cepat. Buktinya, sekarang Calum sudah mencoba membuka matanya perlahan.

Melihat kaca jendelanya yang tertutup gordyn tersebut sudah terang, Calum hendak mematikan alarm nya yang sedaritadi berbunyi nyaring.

"Val," panggilnya dengan suara berat khas bangun tidurnya tanpa membuat pergerakan sedikitpun. Namun, Valerie masih tetap tidak bergeming.

"Val, udah siang."

Calum memaklumi Valerie yang masih tidak bergerak juga. Bagaimana tidak? Tadi malam, Calum habis menghajar Valerie sampai pukul tiga subuh.

"Gue harus ke kantor, Val."

Mau tidak mau, Calum harus membangunkan Valerie yang tetap memeluknya erat dengan menyandarkan kepalanya di dada bidang Calum sehingga Calum tidak bisa bergerak.

"Yaudah, geser dikit dulu gue mau ambil hp," ucap Calum dan kali ini, Valerie bergerak sedikit. Sangat sedikit.

Calum semakin dapat mencium aroma rambut Valerie karena Valerie semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Calum. Dan itu, nyaman?

"Dingin."

Satu kata terlontar dari bibir Valerie yang masih serak karena bangun tidur. Dengan itu, Calum menaikkan lagi selimutnya hingga tubuh Valerie seluruhnya tertutup selimut tebal. "Matiin AC-nya?"

Valerie menggeleng dan membuat hidung Calum bergesekan dengan rambut Valerie.

"Gue harus ke kantor jam delapan."

Valerie menggeleng.

"Terus nanti lo makan apaan kalo gue nggak kerja?"

Valerie menggeleng lagi.

"Tidurnya jangan gini nanti perutnya kejepit."

Setelah itu, Valerie membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap dan tidak ada kontak fisik lagi dengan Calum. Valerie hendak bangun dari tempat tidurnya seraya mengucek matanya untuk memakai bajunya yang tercecer di lantai.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka ketika Valerie sedang mencoba meraih bajunya di bawah lantai dan menampilkan wajah Shadia yang berkaca-kaca dan memerah. "Aku telfonin kamu daritadi," ucapnya terbata-bata.

Sedikit lancang jika Shadia langsung begitu saja memasuki apartemen orang. Tapi, bukannya ini yang selalu Shadia lakukan ketika belum ada Valerie? Selalu datang pagi hari hanya untuk membuat Calum sarapan pagi.

Calum dengan wajah terkejutnya refleks loncat dari tempat tidur untuk menghampiri Shadia yang berada di ambang pintu. "Dㅡdi, maaf, aku nggak denger ada telfon."

"Tapi aku di ruang tamu daritadi denger, kok, ada suara telfon di hp kamu."

"Aku baru bangun, Di. Maaf."

Valerie yang bingung harus bagaimana memilih untuk diam dan menunduk. Melilit seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

"Cal, kamuㅡ"

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang