Chapter 16

994 161 96
                                    

Valerie sudah mengepak barang-barangnya dan sebagian barang-barang Calum yang akan dibawanya ke apartemen Calum hari ini. Untungnya, tadi selepas Calum meninggalkannya dan Valerie pulang sendiri, belum ada orang rumah yang menampakkan wajahnya di ruang tamu yang artinya Valerie bebas dari pertanyaan-pertanyaan yang Valerie sendiri tidak tahu ingin menjawab apa.

Setelah menunggu hampir dua jam untuk Calum kembali lagi ke rumah, akhirnya yang ditunggu datang juga. Calum dengan wajah lelahnya masuk ke dalam kamar dengan membawa sekantung plastik putih.

"Tadi ada Mama, Val?" mendengar pertanyaan Calum, Valerie yang sedang merapikan tempat tidur menggelengkan kepalanya.

Merasa mengerti arti anggukan Valerie, Calum melepas jam tangan sport nya di atas nakas dan hendak membersihkan diri. "Gue mandi dulu sebentar."

"Eh, iya, barang yang mau lo bawa apa aja? Biar gue beresin."

Calum menoleh. "Yang ada di lemari kecil," anggukan dari Valerie membuat Calum melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.

〰〰

Seluruh koper kecil dan tas-tas yang Valerie bawa dari rumah orang tua Calum kini sudah berpindah ke apartemen Calum dengan bantuan satpam apartemen. Calum yang terlihat lelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam akhirnya melesat ke sofa miliknya yang berhadapan langsung dengan televisi untuk beristirahat.

Entah kenapa, setelah menurunkan beberapa koper kecil dan sedikit merebahkan dirinya di sofa apartemen milik Calum, Valerie merasakan perutnya bergejolak lagi dan akhirnya mengeluarkan isi perutnya ke wastafel seperti waktu trimester pertama kehamilannya.

Mengelap wajahnya menggunakan air yang mengalir di wastafel, Valerie melihat pantulan dirinya di cermin yang sangat pucat.

"Masih mual?" tanya Calum seraya memijit tengkuk kepala Valerie. Kali ini, bukan gelengan kepala lagi ber-arti sangkalan yang Calum dapatkan dari jawaban Valerie. Valerie mengangguk menjawab pertanyaan Calum. Tidak bisa dibohongi memang, perutnya seperti dikoyak-koyak.

Calum keluar dan tak lama kembali lagi dengan membawa satu botol minyak kayu putih dan mengolesinya ke tengkuk kepala Valerie sambil memjiatnya pelan.

Dan benar saja, tak lama setelah Calum memijat tengkuk Valerie menggunakan minyak kayu putih, Valerie mengeluarkan isi perutnya lagi. Kali ini, Calum siap siaga di belakangnya karena kaki Valerie yang terlihat lemas dan bisa ambruk kapan saja.

Setelah mencuci wajahnya, Calum membawa Valerie ke kamar miliknya. "Sebentar," ucap lelaki beralis tebal itu. Valerie hanya mengangguk karena kepalanya masih pusing dan mualnya masih terasa.

Calum membawa segelas penuh teh hangat dengan satu roti sobek rasa keju ke dalam kamar, rasa roti kesukaan Valerie. "Ada yang lagi lo pengen?" ucap Calum seraya memberi teh hangatnya ke Valerie.

"Udah mendingan, kok."

Calum mengangguk dan menutupi sebagian tubuh Valerie menggunakan selimut abu-abu tebalnya. "Gue beli makan dulu di bawah. Lo tunggu sini aja."

"Gue ikut aja."

"Tidur dulu aja nanti gue bangunin."

Valerie menggeleng dan menyibakkan selimut tebalnya. "Nggak ngantuk,"

"Itu liat mata lo udah lima watt."

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang