Chapter 31

1.2K 137 187
                                    

One week later..

Sehari belakangan ini, perut Valerie terasa bergejolak terus-terusan. Ia merasa perutnya melilit, dan beberapa menit kemudian rasa sakitnya sudah tak terasa lagi.

Sudah hampir pukul satu dini hari, namun Calum belum juga menampakkan dirinya di apartemen. Namun, tibatiba suara pintu terbuka membuatnya langsung bergegas melihat ke ruang utama.

Calum datang. Calum bahkan hanya tersenyum lelah kepada Valerie yang menunggu berjam-jam hingga suaminya itu datang. Tak ada pelukan, tak ada kecupan di kening.

Ia menanggapi itu tak terlalu serius meskipun ia ingin menangis sekarang juga. Entah kenapa, hormon ibu hamil membuatnya sangat sensitif. Valerie paham jika Calum hanya lelah.

Lantas ia pergi ke dapur hanya untuk membuatkan teh hangat untuk Calum, chamomile tea, kesukaan Calum.

"Ini, diminum. Kamu mau makan apa?" Calum yang sedang melepas bajunya langsung mengambil pemberian dari Valerie.

Calum menggeleng. "Nggak usah, kamu lanjut istirahat aja."

Melihat tampang Calum yang sama sekali tak menunjukkan kesukaan kepada Valerie membuatnya langsung menaikkan selimut dan mencoba tidur dengan tidak berhadapan dengan Calum. Ia menahan isakan hanya karena diacuhkan. Sesensitif itu.

Tak lama setelah ia mencoba tidur dan sama sekali tidak membuahkan hasil, tempat tidur disampingnya bergerak pertanda Calum akan tidur juga setelah membersihkan dirinya.

Tangan berat Calum melingkar di sekitar tubuhnya. Calum menenggelamkan wajahnya di rambut Valerie yang tak terkuncir sempurna sehingga Valerie masih dapat merasakan hembusan nafas Calum di lehernya.

"Maaf, Val, aku lagi capek banget hari ini." bisik Calum seraya mengecup daun telinga Valerie.

〰〰

Pagi-pagi sekali Valerie sudah terbangun dengan tangan Calum masih melingkat di perutnya. Sangat erat. Melihat wajah Calum yang kelelahan, Valerie semakin tak tega untuk bergerak barang sedikitpun.

Tadi malam, ia benar-benar sedih mendengar suara Calum yang serak meminta maaf untuk hari ini tak menyapanya. Ia tak bermaksud untuk marah, hormonnya yang tidak stabil mengharuskannya melakukan itu semua.

Sedikit pergerakan Valerie yang ingin memeluk balik Calum membuat Calum terbangun. Calum mencium sela-sela rambut Valerie yang membuatnya meliukkan lehernya karena geli.

"Kangen." bisik Calum dengan suara berat khas bangun tidurnya.

Valerie membalikkan badan. "Jangan tidur lagi nanti kesiangan. Aku siapin air anget dulu, ya."

Ketika ingin beranjak dari tempat tidur, Calum menahannya. "Nggak usah."

"Mau pake air dingin aja?"

"Nggak, aku nggak kemana-mana."

Calum menarik Valerie ke dalam pelukannya lagi. "Kamu cantik."

Sangat berhasil Calum membuat pipi Valerie merona. Padahal, setiap hari pula Valerie mendapat pujian dari Calum sewaktu bangun tidur. "Calum!"

"Kamu nggak mau bilang aku ganteng?"

"Nggak."

"Sedikiit.. bilang ganteng."

"Nggak mau."

"Plis?"

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang