3

18K 1.5K 289
                                    

(turn on the song on the multimedia♡)

Hari minggu biasanya digunakan Sakura membantu di toko beras Sasori atau hang out dengan Temari. Tapi karena ini hari minggu pertamanya di Konoha, Sakura tidak tahu harus melakukan apa. Terlebih lagi kedua orang tuanya sedang pergi bertemu atasan ayahnya, jadilah ia menyendiri sekarang.

Emeraldnya bergulir menatap jam dinding. Masih pukul 11. Orangtuanya bilang akan pulang saat makan malam, itu berarti ia akan menyendiri selama 8 jam.

"Telpon Sasori saja, ah...," gumamnya pelan.

Sudut bibirnya terangkat sembari meraih telepon rumah, menekan nomor yang telah ia hafal di luar kepala, dan memikirkan topik untuk dibahas.

Kalau dipikir-pikir, Sasori bukan tipe yang bisa membuka pembicaraan. Selalu Sakura yang harus mulai duluan. Jika tidak, mereka hanya akan berakhir saling diam. Sekiranya gadis musim semi itu sudah mulai terbiasa dengan sifat sang kekasih, jadi ia hanya menikmati setiap pembicaraan mereka.

"Ini Sasori, maaf aku tidak bisa menjawab panggilan, tinggalkan pesan suaramu setelah terdengar nada berikut."

Kening Sakura mengkerut. Sasori tidak mengangkat teleponnya, bukan hal yang biasa.

"Uhm Sasori, ini aku Sakura. Maaf jika mengganggumu, tapi aku benar-benar bosan dirumahku. Orang tuaku pergi menemui kliennya dan meninggalkanku sendiri. Kalau kau mendengar ini segera hubungi aku ya."

Setelah meninggalkan pesan suaranya, Sakura meletakkan kembali gagang teleponnya. "Benar-benar membosankan..." gumamnya.

Tiba-tiba bayangan sebuah minimarket di ujung blok membuat punggungnya tegap. "Ide bagus. Aku akan membeli yoghurt."

Tanpa berlama-lama lagi, Sakura segera bangkit menuju kamarnya, menggunakan jaket, dan mengambil tas. Setelah memastikan kompor tidak menyala dan mematikan sambungan gas, Sakura segera pergi meninggalkan rumah.

***

Udara masih cukup sejuk walau matahari sudah bersinar terang. Pepohonan rindang menyisiri bahu jalan, sesekali orang bersepeda lewat ditengah-tengahnya.

Ayahnya memang memilih rumah yang tidak banyak penduduk (pinggir kota), bukan karena mereka anti sosial, tapi rumah di daerah ini lebih murah dari daerah lain. Apalagi rumah mereka ini cukup dekat dengan sekolah Sakura.

"Huwaah, rasanya seperti aku yang punya jalan," desah si gadis pink. Saat ini hanya ada dirinya seorang di sepanjang jalan.

Tidak ingin pulang, Sakura memutuskan untuk duduk di kursi kayu yang memang disediakan untuk umum. Tanpa berlama-lama, ia segera membuka penutup yoghurt dan menjilati bagian krim di penutup.

"Hihi, kalau Sasori melihatku seperti ini, dia pasti sudah marah," gumamnya sambil terkikik.

Sakura menyendok yoghurtnya sambil menatap sekitar. Jalanan sedang sepi-sepinya, mungkin karena ini hari libur dan kebanyakan orang memilih untuk bersantai di rumah. Hanya ia seorang yang terlantar disini.

Emeraldnya memutuskan untuk menatap rumah besar yang berdiri kokoh tepat didepannya. Hal itu membuatnya berpikir apa kursi yang didudukinya adalah milik orang di rumah tersebut.

"Benar-benar rumah yang besar."

Dulu di Suna, rumah seperti dihadapannya pasti milik pejabat atau pengusaha besar. Mungkin rumah didepannya adalah milik salah satunya.

"Pasti lelah membersihkannya.." keluh Sakura sambil terus menjilati sendoknya. Membayangkan jika keluarganya memiliki rumah sebesar ini dan ibunya menyuruh untuk membersihkan halaman. Sakura bisa tewas.

Being Gangster GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang