1# My Little Nico

35.7K 1.7K 60
                                    

Mata lentik itu membuka ketika merasakan cahaya pagi memasuki lubang ventilasi kamar perawatannya. Benar-benar sudah pagi, ya? Rasanya seperti terbangun dari kematian.

Seketika ingatan tentang semua kejadian semalam melintas dalam benak, dan secara otomatis matanya bergerak ke arah box bayi yang terduduk di sudut lain, berseberangan dengan tempat tidurnya. Tidakkah sekarang waktu untuk menyusui bayinya? Kenapa tidak ada yang bilang apa-apa padanya?

Dengan gemetar ia mencoba bangkit untuk duduk. Setiap bagian tubuhnya seperti habis dipukuli, terlebih di bagian bawah tubuhnya. Tetapi semua itu tidak cukup untuk menahannya melihat anaknya; buah hati yang baru dilahirkannya semalam.

Kakinya yang kecil menapaki lantai keramik dingin. Ia tertatih berjalan ke arah box itu, mengabaikan firasat mendebarkan yang diterbitkan oleh matanya, ketika ia tidak bisa melihat sesuatupun tergolek di atas keranjang bayi.

Jantungnya semakin cepat berdetak ketika tangannya menyibak kelambu; selain guling-guling kecil dan selimut, ia tidak menemukan bayinya berada dalam box itu.

Jantungnya semakin cepat berdetak ketika tangannya menyibak kelambu; selain guling-guling kecil dan selimut, ia tidak menemukan bayinya berada dalam box itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pekik terkejutnya tertahan di tenggorokan, ketika kepanikan menyegap secara tiba-tiba, membuat jantungnya berpacu cepat. Segala kemungkinan melintas dalam pikiran seperti banjir bandang yang menggelombang. Ia memilih untuk berpikir positif; bayinya sedang dimandikan! Ya pasti begitu! Ini waktu mandi bagi bayi.

"Suster...!" langkahnya terseret menuju pintu saat asumsi positif itu tidak juga bisa meredakan badai gila kemungkinan yang menerjang kepalanya. Ia harus yakin. Ia harus melihat anaknya sekarang apapun yang terjadi.

"SUSTEEERRR!!!" ia tidak ingat seberapa keras dirinya berteriak, atau sejauh apa langkahnya terseret meninggalkan kamar perawatannya. Yang tampak olehnya kemudian hanyalah pandangan terkejut dua orang perawat yang duduk di bilik jaga, menatapnya dengan mulut terlongoh. Ia pasti tampak sangat kacau saat ini.

"Suster! Di mana bayi saya? Bayi saya tidak ada di boxnya!!"

"Itu Ibu Kaylita, dari kamar 12!" salah seorang perawat itu berseru, menyongsongnya yang hampir rubuh karena panik.

"Tenang, Bu! Ibu belum boleh meninggalkan tempat tidur. Nanti Ibu bisa pingsan."

"Di mana bayi saya? Apa dia sedang dimandikan? Saya harus melihatnya sekarang... dia tidak ada di boxnya!"

"Sebentar ya, Bu..." perawat yang masih tinggal di bilik jaganya membuka-buka buku di hadapannya, lalu melongok ke lorong di sisi lain ruangan kecil itu. "Mbak Kasih!! Mbak Kasih sudah pulang?"

Ada jawaban dari ujung koridor yang jauh. Lalu suara seseorang berlari mendekat ke arah mereka.

"Ibu Kaylita mencari bayinya!" perawat di bilik itu memberi tahu temannya.

Kaylita didudukkan di sebuah bangku keras dari logam. Perawat yang menyongsongnya tadi memegangi kedua bahunya dari samping, memberikan belaian halus pada lengannya. Mungkin dia ingin menenangkan, tetapi Kaylita tidak bisa merasakan apapun selain kepanikan yang menjadi-jadi.

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang