17# Cinta Terpendam

12K 1.2K 232
                                    

#Haha... berpagi dengan Ridan dan Kaylita....!!

One more thing! Saya tahu ada banyak dari pembaca yang membaca tanpa vote.... Meskipun senang sudah dibaca, tapi saya juga sedih dan curiga, kalau-kalau yang tidak vote itu karena memandang part tersebut tidak bagus dan tidak layak untuk dihargai. Sedikit banyak itu juga menurunkan percaya diri... hiks.... Mmbbuuaaaa.....!!!😭😭😭😭

Jadi tolong, kalau kalian merasa menikmati cerita ini, atau setidaknya... well memandangnya lumayan lah... berikan vote sebelum membaca, dan juga part sebelumnya... (dan sebelumnya lagi, dan sebelumnya lagi, dan sebelumnya lagi... Hehehe). Dan komen kalian juga sangat berarti... meskipun hanya emoji.... I love you dears.... Im rushing in writing to please you. So please me too?#

~*~

Edo melihat tamunya yang terakhir menghilang dari pandangan dengan senyum lebar terkembang. Tangannya yang melambai turun perlahan merasakan debaran di dada yang begitu penuh. Bagaimana batin manusia bisa begitu membuncah seperti ini? Rasanya bernafaspun menjadi begitu sulit.

Ia masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Ruang tengah yang dihias sederhana dengan tirai-tirai bunga dan lampu-lampu kecil memberi kesan yang begitu hangat di penghujung senja. Dan wanita itu berdiri di sana. Pusat dunianya, dalam kebaya putih yang sederhana, dengan sanggul buatan sendiri berhias bunga gardenia dari kebun tetangga. Menatapnya dalam senyum, berkilau lembut dari bibirnya yang ranum. Tidak ada tatapan yang bercahaya, memandangnya dengan penuh kepercayaan dan cinta, seindah tatapan Kaylita.

"Maaf aku tidak bisa memberikan pernikahan yang lebih mewah dan indah untukmu.... Suamimu ini sudah jatuh miskin..." ia merunduk malu, mengambil tangan Kaylita yang kini bercincin ke dalam genggamannya.

"Kau tidak keberatan aku memulai segalanya dari awal? Aku hanya seorang cadet pilot di maskapai yang bukan milikku sendiri..."

Kaylita tesenyum, "Bahkan jika kau hanya seorang petugas kebersihan bandara, aku akan tetap mencintaimu..."

Ia menangkup wajah Lita yang lembut dengan sebelah tangan, dan memotong jarak yang terentang. Hangat nafas wanita itu begitu terasa, dan kelembutan bibirnya adalah sudut pintu surga.

Tetapi suara gemuruh di luar membuatnya terhenti. Mereka saling berpandangan dengan tatapan bertanya yang sama. Edo melepaskan pelukannya untuk berjalan kembali ke pintu depan dan membukanya.

Matanya terbeliak. Jalan di depan rumah mereka telah menjadi sungai lumpur yang bergulung-gulung luas, menghanyutkan segala sesuatu yang dilewatinya. Edo melihat mobilnya, mobil mamanya hanyut terseret arus lumpur, dan ia sempat melihat wanita itu berada di dalam mobil melambai-lambai berusaha membuka kaca jedela, berteriak dalam sunyi meminta pertolongannya. Lalu puing-puing pesawat terbang yang sangat dikenalinya...

Averdue...

Segala sendi kehidupannya hanyut dalam arus lumpur yang hitam pekat itu, dan sesaat kemudian ia baru menyadari bahwa kakinya pun telah terbenam. Arus menariknya begitu kuat. Tangannya yang berpegang pada pintu terasa licin. Dan untuk terakhir kalinya ia melihat melewati bahunya, memandang Kaylita yang berdiri di tengah ruangan dengan wajah ketakutan dan penuh air mata.

Edo terlompat dari tidurnya, terengah-engah meraup udara dengan peluh yang membanjir. Untuk sesaat matanya menatap sekeliling dengan bingung. Kamar tempatnya berada saat itu terang oleh cahaya matahari siang dan sedikit bergoyang.

Ternyata ia hanya bermimpi. Mimpi yang sangat menakutkan. Mimpi yang sangat mengecewakan.

Turun dari tempat tidur, Edo mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai dan mengutuki dirinya sendiri teringat mimpinya semalam.

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang