20# Luka & Debaran

10.9K 1.1K 327
                                    

#say "Hai Fester!" VOTE DULU BUAT FESTER

Jangan lupa komen setelah ini yaaaa.#

~*~

"Ayolah Eve... bagaimana kau akan belajar kalau kau tidak pernah mencoba...? Kau harus menyusu pada Bunda agar Bunda bisa menghasilkan lebih banyak air susu untukmu.... Kau harus mencoba.... ssshhh...sssshhh..."

Tantri duduk di sudut tersembunyi dengan berurai air mata menahan sakit dan mencoba menyusui Everdyn dengan payudaranya. Hanya sedikit sekali rembesan cairan yang bisa dihasilkan dari buah dadanya. Padahal ia sudah mengikuti semua petunjuk dari berbagai sumber di internet; menyuntikan hormon kehamilan yang kini secara bertahap diganti dengan sintetis prolaktin untuk membuat tubuhnya mengira bahwa ia telah melahirkan. Ia juga memompa payudaranya beberapa kali dalam sehari. Tetapi air susunya sangat sedikit.... Terlalu sedikit!

Eve bahkan menolak dan mulai merengek setiap kali mencium bau tubuhnya.

Tantri mendesah kesal dan menjauhkan bayi itu dari dadanya ketika Eve mulai menangis dan meronta.

Semua gara-gara perempuan itu selalu membuatnya kenyang setiap waktu! Kaylita tidak pernah jauh dari Everdyn kecuali anak itu tertidur. Dan Eve tidak pernah tidur kecuali dia sudah kenyang. Jadi percuma saja Tantri membangunkannya dan mencoba menyusui. Ia sudah mencari cara agar wanita penyusu itu jauh dari Eve dan memberinya kesempatan lebih banyak untuk mencoba menyusuinya. Kalau Eve lapar, dia pasti tidak akan menolak siapapun yang menyodorkan payudara kepadanya.

Awalnya dulu semua itu tampak mustahil bagi Tantri. Tetapi kini ia sudah menemukan caranya.

Perempuan itu.... dia bisa memiliki sirkam kupu-kupu dari Pak Ridan. Itu akan menjadi hal terakhir yang dimilikinya di rumah ini!

Langkah-langkah kaki beralas sandal kamar terdengar dari luar koridor. Seketika Tantri menghapus air matanya dan menimang Eve dengan senyum palsu di wajahnya.

Ia berbalik, menemukan Kaylita membuka pintu dengan teko teh panas di tangan. Perempuan itu baru saja kembali dari sarapan di dapur.

"Dia bangun?" Lita tampak heran.

"Mungkin dia sudah hafal jadwalnya berjemur..." Tantri mengayun Eve dalam gendongannya.

"Aneh sekali... biasanya dia masih tidur jam segini. Udaranya juga masih terlalu dingin di taman."

"Ah, Mbak Lita... bayi tambah besar pastinya juga tambah pintar, Mbak.... Dia juga sudah tambah berat, iya kan, Eve? Sebaiknya Mbak Lita mengajaknya berjemur naik kereta dorong saja. Eve pasti juga capek kalau digendong-gendong terus." Tantri menyerahkan Eve ke gendongan Kaylita. Tanpa sepengetahuan wanita penyusu itu, tangan Tantri memindahkan sesuatu dari saku celemeknya ke saku gaun Kaylita.

Ia melihat anak itu serta merta menyambar baju pengasuhnya dan mencengkeramnya erat. Membuat batin Tantri terasa sakit.

"Iya... betul juga..."

Pelayan itu mengambil stroller dari sudut kamar, "Aku akan membawanya ke bawah supaya Mbak tidak kerepotan naik turun."

"Oke... makasih ya, Tantri.... Lima belas menit lagi aku turun... biar mataharinya sedikit lebih hangat."

Tantri keluar dan mendorong kereta bayi itu, namun sebuah suara berat yang renyah di bawah menarik perhatiannya.

Pak Ridan...

Beliau jadi berangkat ke Surabaya pagi ini. Ada bisnis besar yang harus ditangani bersama Pak Hisyam. Bahkan sekertarisnya Radit juga ikut. Tidakkah sebaiknya ia mengucapkan selamat jalan?

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang