29# A Cure

11.7K 1K 165
                                    

#Happy morning!!!....  hari ini I present you my 'beast'.... Do Enjoy, jangan lupa Voment dears!!#

~*~

"APA KAU BISA JELASIN SEKALI LAGI ALASANMU KEMBALI KE RUMAH INI, KAYLITA?!" Alina berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan mereka dengan mata mendelik seperti singa betina yang kesurupan. Gadis itu tidak pernah perlu menggunakan jarinya untuk menuding dengan sangat pedas kepada orang yang diajaknya bicara. Ia mempunyai mata lebar yang bisa membuat lawannya terintimidasi.

"Apa kau sudah lupa, waktu terkapar di jalan menagis-nangis darah dan mengatakan kalau kamu sangat sakit hati dengan perkataannya?! Dan sekarang?! Apa kau bisa bayangkan keterkejutanku melihat kamu di sini?! Bahkan bersembunyi di belakang meja seperti tadi?! SAMA DIA??!!"

Kaylita benci tatapan sahabatnya itu karena kali ini pandangan menusuknya ditujukan kepadanya. Mata besar Alina memandang bolak-balik antara Ridan dan dirinya menuntut jawaban, sementara Mas Ranu hanya menjadi patung di tengah-tengah mereka.

Tidak bisa ya, tukang kebun itu nyemprot Alina pakai herbisida atau apa,  biar dia diam?

"Dengar, Lin...."

"AKU TIDAK SEDANG BICARA DENGANMU, PAK RIDAN!" gadis besar itu menyalak sebelum mengembalikan tatapan penuh tuntutannya kepadanya, meninggalkan si empunya rumah yang mulai berang oleh sikapnya yang menyepelekan,

"Aku sudah memberimu kesempatan untuk berbicara waktu itu, Alina! Dan aku sudah mengerti apa yang kau katakan! Jadi sekarang adalah giliranku bicara... Dan maaf harus mengingatkanmu kalau kau berada di rumahku sekarang, dan itu membuatku mempunyai hak lebih untuk didengarkan!"

Gadis bongsor itu menegakkan berdirinya dan memasang sikap defensif dengan lipatan tangan di depan dada, "Wah...wah... masih saja arogan... seperti biasanya...."

"Dek... mbok jangan begituuu... Pak Ridan benar... Njenengan juga harus dengerin penjelasannya juga too..."

Pacar baru Ranu itu tampak menimbang sejenak, sebelum akhirnya mengangguk, "Baiklah... hanya karena Mas Ranu yang minta..."

Ridan mendesahkan nafas berat dan menggaruk rambutnya dengan jari sebelum berbicara, "Dengar... aku berterimakasih karena kau sudah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Aku akui aku khilaf dan bersikap seperti orang brengsek di depan Kaylita.... Meskipun aku punya alasan tersendiri, tetapi itu juga tidak bisa memberiku hak untuk bersikap seperti itu padanya... Bu Kaylita berbesar hati memaafkanku demi Eve, dan dia bersedia kembali ke rumah ini..." Ridan berpaling sedikit ke sampingnya dan bertemu pandang dengan Kaylita. Sejenak ia lupa pada kalimat yang akan diucapkannya. Ada sesuatu yang lebih penting yang harus dikatakannya tadi. Tapi apa?

"Wah... wah... lihat cara kalian saling memandang sekarang! Dasar kau keluak plin-plan...!! Ulat berkepala dua!!" Alina melompat ke atas meja untuk mencapai Kaylita dengan wajah tebalnya yang nyaris meledak. Tetapi Ridan menarik Kaylita ke belakang tubuhnya, berdiri di antara kedua wanita itu.

"Hati-hati Alina! Aku tidak akan mentolerir makian apapun di dalam rumahku!... Lagian apa kau tidak malu bicara sembarangan di depan anak kecil seperti ini?!" Ridan menyerahkan Eve pada pengasuhnya.

Ranu menarik tangan dan kaki Alina dari atas meja, tampak mulai kewalahan dengan kegeraman Alina yang berlebihan, "Sudah to Nduuk.... Lha wong Pak Ridan sama Mbak Lita saja sudah saling memaafkan dan balik kerja sama, kok Njenengan masih sewot saja!... Ayo turun! Bisa ambrol meja saya kalau kamu naiki seperti itu!" pemuda itu memaksa kaki Alina kembali menjejak ke lantai, sementara yang dibujuk mendelik keras karena merasa dipermalukan.

"Kenapa?! Mas Ranu mau bilang kalau Alina besar?! Kalau Alina gendut!"

"Enggaaak!!!.... Mana pernah saya bilang seperti itu... Nduk Alina kan cewek gagah perkasaa.... Hatinya juga harus perwiraa... mudah memaafkan... biar matching sama karakter body-nyaa!"

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang