Ia hanya menginginkan satu tahun lagi kesempatan untuk menyelesaikan kuliahnya. Satu tahun yang tenang tanpa masalah. Apa itu berlebihan?
Setelah lulus, Kaylita berharap ia tidak perlu menjadi beban lagi buat keluarganya. Ia ingin segera mendapat pekerjaan dan mampu menjadi pilar penopang ekonomi keluarga menggantikan ayahnya yang sudah tua dan sering sakit. Apalagi tahun depan adiknya Tedy sudah waktunya masuk kuliah. Semua sudah diatur begitu rapi dan terarah oleh Lita dan ibunya. Jika semua lancar sesuai rencana, tidak akan ada goncangan yang berarti untuk stabilitas perekonomian mereka. Semoga saja...
Tetapi rencana yang sempurna itu ternyata hanya butuh sebuah undangan untuk menjadi hancur berantakan.
"Ini kesempatan sekali seumur hidup!" Alina membeliak menatap dirinya dan lembar undangan itu bergantian, lalu berputar-putar dan menjatuhkan diri di atas tempat tidurnya seperti orang mabuk.
Kaylita hanya geleng-geleng kepala sambil melanjutkan pekerjaannya merapikan pakaian. Sahabatnya satu ini memang tukang bermimpi. Lita sering mengira Alina agak kesulitan membedakan mana yang kenyataan dan mana yang khayalan dan mimpi semata-mata.
"Kau sudah memeriksa maskapai penerbangan itu? Kok aku belum pernah dengar."
"Averdue Air Lines... kelihatannya memang nama sebuah maskapai penerbangan.
Dengerin ya, Nduk Lita, sahabatku yang ndeso..." Alina mencoba menirukan gaya bicara ibu Lita yang medok sama seperti saat dia menirukan ibunya menasehati. "Apa salahnya kita datang sebentar ke pesta itu. Hanya datang saja kan tidak dipungut biaya. Makan dan minum sebentar, Barangkali dapat satu atau dua kenalan, setelah itu kita pulang. Kalau beruntung kepilih jadi pramugari ya syukur, enggak ya kita udah bersenang-senang."
"Kenapa maskapai penerbangan itu tidak mengambil pramugari bersertifikat saja dari sekolah-sekolah pramugari?"
"Karena maskapai penerbangan ini cuma lokal, ya Nduk, Cah Ayu. Dan justru karena dia masakapai penerbangan domestik, mungkin persyaratannya tidak akan seketat di sekolah-sekolah pramugari."
Tiba-tiba Alina sudah berdiri dan menutup pintu lemari yang sedang di upload Kaylita dengan pakaiannya yang baru disetrika. Terang saja gadis itu mengerut protes. Tetapi sahabatnya malah asyik berkaca sambil menaikkan ujung bawah blusnya, memeriksa perutnya yang tebal dengan mencubit bagian kulit pinggang, "Menurutmu aku bisa ketrima, nggak? Kelihatannya aku agak gemuk, ya?"
Lita memutar mata dan memaksa sahabatnya itu minggir supaya bisa membuka lemarinya lagi. Ia sudah menyetrika berjam-jam petang itu, dan jika tiba-tiba saja penyakit Barbie Fever Alina kambuh, hasil setrikaannya bisa menjadi korban, karena anak itu akan mencoba-coba semua bajunya.
"Haah... kau beruntung punya body langsing seperti ini," sekali lagi gadis tomboy berbadan besar itu menarik Kaylita ke sampingnya dan menutup pintu almari supaya bisa bercermin berdua. Maka dengan terpaksa Kaylita melihat bayangannya sendiri yang tidak setinggi Alina, berdiri malu-malu di samping gadis Padang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NURSING CONTRACT
RomanceKaylita Arundya bangun pada suatu pagi dan kehilangan bayi yang baru semalam dilahirkannya. Ia harus mendapat uang untuk bisa merebut kembali bayi itu dari keluarga pacarnya, walau harus menjadi ibu susu untuk anak dr Ridan Oemardi Bastian; pihak k...