13# dr. Irfan & dr. Ridan (just a little break)

12K 1.1K 103
                                    

#up repub hari ini dears....!!saya tahu ada banyak yang membaca NC tapi keberatan/pelit memberikan vote... jadi sedih.... I wish you know how much it means to author like me that you care to tap the star... and write some comments along the way. so be generous with your voment dears. And happy reading!!#

***

Ridan baru saja selesai memeriksa profil sebuah perusahaan yang diberikan Pak Hisyam sore tadi ketika HP-nya memberi notifikasi. Sebuah chat baru saja masuk. Dari wanita penyusu itu.

"Pak, ada kabar baik... dokter mengatakan kalau berat Eve sudah mencapai 2300 gram. Anda bisa mempertimbangkan untuk membawanya pulang. Eve sudah mulai melihat-lihat keadaan hari ini. Dan selang di hidungnya sudah dilepas."

Bersama itu ada sebuah video sepanjang 20 detik di mana putrinya membuka mata dan melihat-lihat sekeliling dengan tidak fokus.

"Say hai, Sayang!... Say hai... lihat Nana...kita kirimkan videonya pada Dada, ya?" suara Kaylita terdengar membujuk dalam video pendek itu.

Ridan menggemeretakkan gigi. Ada kerenyit di dahinya mendengar bagaimana wanita itu memperkenalkannya pada anaknya. 'Dada'? Panggilan apa itu?!

Anehnya gelitik kejengkelan itu juga berbaur dengan geli yang memaksanya mengatupkan rahang agar tidak tersenyum.

Ia menggeser layar ke bawah dan menemukan chat-chat terdahulu yang masuk setiap petang seperti ini. Semua dari Kaylita. Tidak ada satupun balasan darinya. Setiap laporan disertai foto atau video tentang putrinya. Ridan jadi tahu kalau keadaan Eve sudah tidak semenakutkan ketika pertama kali ia melihat foto anak itu. Pipinya mulai berisi dan ia lebih tampak seperti seorang bayi sekarang. Sudah berapa lama mereka tinggal di rumah sakit?

Pandangannya yang tiba-tiba melayang ke kalender di atas meja membuatnya ingat kalau mungkin ini sudah saatnya membayar gaji wanita itu. Benar... sudah sebulan lebih dua hari.

Ia menelpon Pak Hisyam dalam sekali tekan dan terhubung sebelum nada sambung kedua terputus.

"Ya, Pak?"

"Saya sudah mempelajari profil perusahaan itu. Bapak bisa mulai membeli sahamnya besok."

"Baik, Pak..."

"Dan apakah gaji ibu susu itu sudah dibayarkan?" ia memutuskan untuk tidak bertele-tele.

"Sudah, Pak. Bukanya Ibu Kaylita meminta agar gajinya diberikan setengah sejak setengah bulan yang lalu? Katanya ia memerlukan uang itu untuk mendanai perjalanan saudara Alex mencari putranya. Setengah gajinya lagi sudah diminta sebelum genap satu bulan ia bekerja. Katanya neneknya sakit."

Ridan tercenung sesaat. Seorang nenek?

"Ada lagi, Pak?"

"Tidak, Pak Hisyam.... Oh, katanya Eve sudah boleh dibawa pulang beberapa hari ke depan. Tolong Bapak urus juga masalah ini."

"Baik, Pak..."

"Ada apa itu ribut-ribut di belakang?" ia tidak bisa mengabaikan suara anak-anak yang berteriak-teriak di belakang tangan kanannya.

"Oh... ini... cucu-cucu saya baru saja datang dari Bandung.... Kami tadi sedang makan... mereka minta disuapi."

Ridan membayangkan situasi itu dan tersenyum kecil. Kalau tidak salah Pak Hisyam memiliki tiga cucu yang usianya dibawah sepuluh tahun. Mereka pasti sangat ribut.

"Baiklah, Pak.... Saya tidak akan mengganggu lebih lama lagi. Sampaikan salam saya kepada keluarga Bapak... selamat malam."

Pria itu melempar punggungnya ke sandaran kursi yang tinggi dan menghela nafas panjang. Pak Hisyam seorang kakek dari tiga cucu, dan Kaylita memiliki seorang nenek. Ia bahkan belum pernah melihat seperti apa wajah kakek atau neneknya. Bagaimana rasanya disuapi kakek?

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang