26# Untuk Princess

10.4K 1.2K 214
                                    

#hai Dears....  semoga pembaca NC selalu sehat semua... meskipun cuaca sedang tidak bersahabat, bahkan para karakter pun jatuh sakit. Jadi berikan VOTE kalian supaya mereka cepat sembuh. Selamat membaca dan ditunggu sekali komentarnya yaa.#

~*~

Ridan terbangun di atas sajadahnya oleh suara tangisan yang samar-samar itu. Jam dinding menunjuk pukul delapan malam, tetapi seolah tangisan Eve belum juga mereda sedari petang tadi. Aneh sekali, sekarang suara anak itu bisa membelah dua lantai rumah dan sampai ke ruang bacanya.

Tangannya menggosok sisi kepala yang pening dan merasakan suhu tubuhnya meninggi. Mungkin hanya kurang minum. Mungkin ia hanya terlalu lelah. Atau mungkin ada sesuatu yang mendetam-dentam di alam bawah sadarnya mencoba memperingatinya akan sesuatu.

Sosoknya yang tinggi kembali ke kursi kerja dan menyalakan laptop, merasakan kepalanya kian berat. Apa saja yang dilakukan pengasuh anaknya di atas sana? Kenapa ia tidak bisa membuat anak itu diam?

Ridan menyerah setelah membaca dua paragraf ulasan kelonjakan saham bisnis pengapalan yang dikirimkan Mr. Jameson dengan sakit di kepalanya. Ia menarik laci, tetapi pot obatnya telah kosong. Maka tangannya memencet tombol intercom, "Pak Sakih... suruh seseorang membawakan aspirin dan air ke ruangan saya."

Dan makanan mungkin...?

Ridan lupa kapan terakhir kali ia makan dengan benar. Mungkin sudah beberapa hari yang lalu. Dia selalu makan tepat waktu beberapa minggu terakhir karena ada seseorang yang mengingatkannya. Atau lebih tepatnya, ia harus memastikan kalau orang itu makan tepat waktu dan meminum obatnya. Dia harus menyelesaikan anti biotiknya dan minum penghilang rasa sakit. Dan akhirnya Ridan juga makan setelah ia melihat orang itu makan.

Bayangnya melintas sejenak di dalam benak, dan ia menggemeretakkan gigi untuk menghapus namanya, tetapi sakit kepalanya justru berdenyut semakin hebat. Pintunya diketuk tanpa ia terlalu mendengar, lalu Tantri tiba-tiba sudah berdiri di samping mejanya, menuangkan air ketika matanya membuka.

"Bapak belum makan sejak siang tadi.... Saya membawakan muffin hangat." Gadis itu menyodorkan piring kecil berisi makanan kesukaannya, tetapi ia menggeleng, mengambil pot obat dari baki gadis itu dan menuang isinya. Ia tidak akan bisa menelan dengan pukulan-pukulan di kepalanya seperti ini.

"Atau Bapak ingin sesuatu yang panas? Saya bisa membuatkan mie instan...."

Ridan menelan aspirin dan bersandar di kursinya, "Kalau kau tidak ingat, Tantri,... Erina yang sangat menyukai mie instan dan junk food... bukan aku. Jadi berhentilah menawarkan mie instan kepadaku." ia melirik gadis itu. Menyebutkan nama Erina membuat batinnya semakin keruh saja.

Ridan menghela nafas pajang dan meletakkan kepalanya di atas meja berbantal lipatan kedua lengan, "Sekarang keluarlah... aku perlu tidur...."

Mumpung Eve sudah diam... mumpung suasana lebih tenang sekarang...

"Barangkali sebaiknya tidak di sini, Pak... Bapak harus tidur di sofa... atau di tempat tidur di lantai dua..." suara pelayannya mengeremik dan menggaung, sementara Ridan setengah terseret ke alam tidur.

"Barangkali kalau dipijit, Bapak akan merasa lebih baik...."

Ada sesuatu yang menyentuh bahunya. Hangat dan lembut, memberikan tekanan yang menenangkan....

Erina... kau kah itu, Sayang? Apa kau bisa merasakan kegalauanku sekarang? Apakah aku ini kejam? Apakah menurutmu yang kulakukan ini salah?

Ridan seperti melayang di dalam ruang yang gelap tak terbaca, dan tangan lembut Erina membelai wajahnya, menyugar rambutnya dalam sisiran kuat jari-jari yang membuatnya nyaman.

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang