FIRMAN

48 3 0
                                    


"Kamu ya yang kasih nomor hapeku ke orang? Pasti kamu, kan?"

Siang itu aku sedang menebak-nebak siapa kiranya nomor baru yang berusaha mengerjai aku lewat SMS. Mengingat itu nomor baru, jadi hanya kerabat dekat yang  menyimpannya. Ada seseorang yang diam-diam memberi nomor itu. Sepertinya bukan orang jauh. Hm, ternyata dia..

Firman Dien Achmad. Panggil saja Firman, Dien, dan Imman. Kawan sebaya yang sudah menjadi tetanggaku bahkan sebelum dia lahir. Secara, aku lebih tua sebulan darinya.

Semasa kecil hingga kami duduk di bangku sekolah, kehidupan yang kita alami masih layaknya kawan kecil biasa. Tapi justru sekarang, baru terasa tulusnya pertemanan itu. Ketika kita sebesar ini.

Hal-hal semacam, ketika aku yang kadang menelpon hanya karena ingin curhat. Atau kamu yang suka video call karena tidak ada kerjaan. Atau kamu yang rela jauh-jauh ke kota hanya karena ingin menjemput. Atau ketika pagi buta menelponku untuk ucapan ulang tahun. Atau ketika aku mengirim ucapan ulang tahun 2 hari lebih awal karena lupa. Fiuh, payah.

Senang rasanya punya sahabat yang terasa seperti saudara sendiri. Tahu tidak, malam sebelum penerbanganmu ke Jogja untuk kuliah? Aku sedih sekali. Banyak doa yang mengalir untukmu. Dan ketika musim liburan tiba, aku harus siap menjadi narasumber dari semua wartawan-wartawan yang mencarimu.

"Firman sudah di rumah, Nuk?"
"Kapan Firman pulang?"
"Firman lebaran dimana?"

Dari kamu, aku bisa merasakan jadi asistennya selebriti. Hohoho, bercanda. Berjanjilah! Selepas lulus, kampung kita dibenahi. Jadi pakar pertanian yang pertama di sini. Belajar yang rajin!

Saling mendoakan, saudaraku!

Temanmu,
Inuk.

DIBALIK SEBUAH NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang