Sebut saja dia Rachayu. Ayu. Racayu. Giring. Cah Ayu. Mbak Ayu. Pilih saja sebutan untuknya sesuka hati. Itu bukan masalah baginya. Asal jangan memanggilnya Adit. Nanti saja kujelaskan.
Tak peduli berapa belas tahun pertemanan yang sudah kami jalin. Ukuran itu hanya angka. Yang terpenting, bagaimana pertemanan itu awet dan senantiasa terus awet.
"Nuk, warnet!"
"Nuk, makan yok!"
"Nuk, oppa mau comeback"
"Nuk, aku ke rumahmu"
"Nuk, uang pulsa"Sesederhanan itu. Tak ada basa basi. To the point. Kadang aku berpikir, apa dia tidak bosan, lapar sedikit, langsung call me. Bete sedikit, langsung ke rumah. Apa cuma aku temanmu yang tidak sibuk? Hiks. Tapi, aku senang, Yu.
Bicara tentang Ayu, di kepalaku langsung tergambar macam-macam makanan. Sebutkan saja jajanan pinggir jalan, jajanan mana yang belum dia makan. Dasar tukang jajan.
Oh iya, selain street food addict, gadis berhidung perosotoan ini juga sangat suka dan tahu tentang dunia hiburan Korea. Sebutkan saja grup musiknya, dia pasti tahu agensinya. Luar biasa.
Aku jadi penasaran apa yang ada di kepalanya setiap dia menatapku, atau mendengar namaku. Sumpah, aku merasa lebay sekarang. Sampai aku jadi teringat sesuatu yang mungkin tidak disadarinya, sudah menyentuh hatiku lagi.
"Kamu lihat kah tadi orang yang diam-diam foto kamu? Langsung aku sinis-in dia"
Yu, kalau kupikir, aku saja cuek bebek. Tapi, kamu. Ah, sudahlah.
Tetap seperti ini, yang sederhana dan apa adanya. Jangan bosan dengan kawanmu yang lemot bin konyol ini. Semoga lancar kuliah dan kerjanya. Izinkan aku menyayangimu, Sahabatku. Satu lagi, izinkan aku mengutang pulsa lagi. Di nomor biasa ya.
Saranghaeyo, chingu.
Temanmu,
Inuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIBALIK SEBUAH NAMA
RandomBukan apa-apa, hanya ingin bercerita. Sebuah ucapan, ungkapan, dan umpatan. Kepada mereka, jiwa-jiwa pewarna hidup.