D E W I

47 1 0
                                    

Malam ini dingin sekali. Hawanya seperti menembus hingga ke tulang. Karunia Tuhan. Alhamdulillah masih bisa merasakan dingin. Di malam dingin ini, otakku memerintahkan sesuatu untuk menulis tulisan sederhana. Tak lain tak bukan, untuk sahabat yang sudah serasa saudara sendiri. Yang konon ceritanya hari ini sudah 18 tahun. Aduhai, baru 18. Masih bau minyak telon.

Ini tentang seorang gadis belia yang beralis tebal. Dewi Ratna. Begitu orang tuanya menamainya. Ya, memang belum lama kenal. Baru setahun lah. Pertama ketemu waktu technical meeting ospek di kampus. Actually, dia orang pertama yang mengajak ngobrol waktu itu. Ujung-ujungnya satu kelompok ospek, satu prodi, satu kelas pula. Ajaib sekali, pemirsa.

Ada gejolak seperti petasan yang meledak di dadaku waktu tahu dia kelahiran 2000. Buset, mudanya. Hahaha. Oh ya, ini mau obrolin apa sih? Jadi bingung ini menentukan topic sentence dan controlling ideanya. Waduh! Belum lagi conclusionnya. Bruh. Ya, meskipun baru setahun ini perkenalan kita tapi anehnya langsung klik gitu ya. Sama gilanya. Sama tidak warasnya.

Dewi, yang banyak mengenalkan aku jejak-jejak kuliner di kota ini. Well, dia food hunter garis keras. Wagelaseh. Terutama mie ayam. Mie ayam jalan mana yang belum dia cobain. Rasanya seluruh penjual mie ayam sudah dijelajahinya. Sampai-sampai kolesterolnya tinggi. Mamam tu.

Dia salah satu teman yang suka curhat dan minta solusi di setiap masalah-masalah asmaranya. Uh, asique. Curhat dimanapun jadi. Di room chat, di rumahnya, di jalan menuju pusda, di warung mie ayam, sampai di pinggiran sungai mahakam. Itu lho, yang  sambil liatin bebek-bebek.

Sampai pada akhirnya suatu waktu kita barteran. Dia rela temanin aku ke Islamic Center untuk shalat yang waktu itu spesial karena karet dua. Ups, bukan. Spesial karena diimami sama Muzammil Hasballah. Dan sebagai balasannya, aku harus ikut dia ke salah satu pantai di daerahku, Muara Badak. Ya ampun, sampai sekarang aku masih malu. Waktu itu aku susah betul ya diajak menyebrang pulau? Oh, god.

Btw, aku tersentuh banget waktu ultahku dirayakan sama kamu dan anak-anak Food Hunter. Thank you very much lho :")

Aku bingung ini sebenarnya. Aku mau banyak omong tapi kok blank gitu ya. Unek-unek itu seperti tertahan gitu nah. Pengen bicara banyak soal pengalaman kita tapi rasanya bingung mau mulai darimana. Apa dibuat serie nya aja ya? Kaya Harry Potter gitu. Njay.

Intinya, aku selalu berdoa yang terbaik untuk hidupmu, kuliahmu, kesuksesanmu, dan tentunya asramamu ya. Eh salah, asmara deng.

Aku tidak punya sesuatu yang spesial yang bisa diberi selain tulisan aneh ini. Terima kasih karena hadir mewarnai garis hidupnya Inuk. Terima kasih waktu itu menegurku duluan. Terima kasih selalu ikhlas menolong. Terima kasih menjadi Dewi yang apa adanya. Terakhir, terima kasih karena sudah bersedia jadi teman yang absurd bin gila. I love it.

Jadilah anak yang berbakti, teman yang baik, pacar yang pengertian dan hamba Allah yang taat. Niscaya Allah memberi umur yang panjang untuk kita semua, supaya selalu bisa saling menebar bahagia. Tetap seperti ini. Duh, tanganku agak capek sudah ini. Mending doa yang kubanyakin daripada tulisan ya. Huft.

May Allah always bless us. Dari lubuk hati yang paling dalam.

Temanmu,
Inuk.

DIBALIK SEBUAH NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang