I M A H

41 1 0
                                    


Ehem.. tes tes.. 1 2 3
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Alhamdulillah waktunya mengasah diri lagi. Sekarang, aku mau menulis tentang kawan kekinian gue yang cantik bin gaul, Imah.

Siti Fatimah. Anak dari Bapak Syahril dan Ibu Tuti. Aku sering memanggilnya Imah. Anak bungsu dari 6 apa 7 bersaudara ya, Mah? Ya pokoknya segitulah.

Seorang tante dari belasan keponakan ini (wow) sudah kukenal sejak kecil karena dia temannya temanku, Marini. Sampai suatu hari kita masuk di sekolah SMK bahkan di kampus yang sama, jadinya ikatan kita makin erat deh bagaikan sendok dan garpu, bulan dan bintang, monyet dan pisang. Dostip aku pisang.

Banyak banget waktu yang kita habiskan sama-sama. Ya, karena mungkin satu geng kali ya. Nama geng kami 8CM. Entar aku buat juga kok tulisan tentang 8CM.

Pertama kali liat Imah sih lupa, yang jelas waktu SD. Wajahnya tidak banyak berubah. Tetap imut, cantik dan shine bright like a diamond (auto nyanyi). Jangan coba-coba bikin dia senyum deh, senyumnya membunuh soalnya. Paling banter bikin merinding disko lah.

Aku sama dia dulu sering nongkrong di rumah Hera. Niatnya sih kerjain PR, eh tau-taunya PR yang kerjain kita. Kan rese ya.

Jadi ada beberapa fakta nih yang aku tangkap selama bersahabat dengannya beberapa tahun ini. Bukan dari netijen ya, dari aku sendiri.

Pertama, dia anak bungsu. Enak gak jadi anak bungsu? Apalah daya aku yang anak sulung. Apasih. Jadi kakak-kakaknya sayang banget nih sama dia, sampai ikut andil membantu Imah meraih cita-cita. Sedap banget gak tuh kata-kataku.

Kedua, dia orangnya blak-blakan. Ceplas ceplos kadang. Jadi, tidak ada omongan belakang. Dia bakal terus terang apa yang membuat dia tidak nyaman. Entah itu ke teman, keluarga, sampai odo-odonya sekalipun. Kesimpulannya, dia orang yang sangat terbuka dan ceria.

Ketiga, dia selalu jadi andalan jejaka-jejaka di luar sana. Apa sih resepnya, please deh. Mantan-mantan pacarnya yang dipacari seumur kentut saja sampai lupa dia jumlahnya berapa. Dan sekarang dia milik seseorang. Cielah.

Next, dia juga sayang banget dengan sahabat-sahabatnya. Perhatian dan bisa jadi tempat yang pas untuk konsultasi soal asmara. Dia juga suka bantu kalau teman lagi butuh. Tidak cuma ke sahabatnya sih, ke saudaranya, sampai ke keponakan-keponakan dia yang unyu-unyu itu. Mantul ga tu.

Terus, dia juga orang yang percaya diri dibanding aku. Dia bisa tuh joget-joget sambil nyanyi depan kita semua. Tepatnya waktu classmeeting di SMK kemarin. Lagu dangdut pula.

Saat ini, cuma dia temanku satu-satunya yang sekampus sama aku. Sedih ga tu (tisu mana tisu). Senang banget waktu pertama dengar dia lulus masuk kampusku. Aku pun harus jadi narasumber dia dari semua pertanyaan soal kampus. But, I love it. Sama sekali tidak merepotkanku.

Kebetulan geng 8CM semua berkuliah di Samarinda, jadi kalau mau ketemu tinggal datang ke markas (Kos Wani). Nah, kita berdua kadang ke sana menghibur diri dari segambreng tugas. Cuma makan-makan, begadang, nostalgia masa SMK sampai akhirnya beberapa kali menginap.

Pernah di suatu pagi di hari senin, harusnya kita berdua masuk pagi tuh, tapi jarak kos Wani sama kampus ya lumayan. Dan.. jeng jeng jeng. Kami kompakan tidak enak body (siapa suruh begadang). Mungkin tercampur sama malasnya juga. Ga masuk deh. HAHAHA. Eh tapi untungnya dosenku memang absen juga sih hari itu. Jadi selamat.

Dari Imah, aku melihat pribadi yang berani, ceria dan tidak terlalu memusingkan hidup yang keras ini. Semoga tetap seperti ini. Teruslah tersenyum dalam hidup kita yang terkesan suka bercanda. Jadilah anak yang berbakti, hamba yang taat, adik yang penurut, teman yang baik dan pacar yang setia. Allah menyayangimu, sahabatku. Dari lubuk hati yang terdalam.

Temanmu,
Inuk

DIBALIK SEBUAH NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang