Putih Abu Abu sudah terlewati. Tentu saja tidak mulus jalannya. Karena ibarat jalan setapak, terkadang tersandung, tersungkur, atau bahkan jatuh.
Tidak percaya? Mungkin memang tak tampak usaha itu. Karena satu yang menjadi saksi bisunya. Karena satu yang menjadi pendengarnya. Siapa lagi kalau bukan dia? Si kelas Ungu.
Andai ia hidup dan berbicara, mungkin saja ia bisa berbuat lebih. Tapi sayang, ia hanya bisa diam berdiri bertugas menampung otak-otak dan mendengar ocehan segar generasi-generasi selanjutnya.Mungkin saja dalam hatinya sedih. Si kelas Ungu kini kehilangan penghuni hebohnya.
Mungkin saja ia akan rindu teriakan keras dari Niar, atau tawa renyah dari Wani Atau bahkan omelan dari seantero kelas yang persetan dengan segala pembayaran. Mungkin saja ia akan rindu dengan Inuk yang menjadi tukang tidur setia di sana. Atau dia akan selalu ingat dengan kelas aneh penuh tawa oleh si angkatan perintis.
Semoga saja kesedihannya tak mendalam. Karena sesungguhnya bukan ia yang kehilangan kita. Tapi, justru kita yang akan merindukannya. Merindukan si kelas Ungu, saksi perjuangan si perintis. Tapi sepertinya ia bukan sedih lagi, melainkan bingung. Entah akan bertahan menjadi si Ungu yang teguh atau akan dipoles dengan warna lain. Padahal sepertinya sudah sangat lengket dengan predikat 'Si Kelas Ungu'.
Begitu juga kalian. Apa akan tetap bertahan menjadi Ayu yang disiplin, Munci yang humoris atau Lilis yang pendiam, kalian yang akan memilihnya. Karena jenjang selanjutnya bisa saja berubah karena terpoles lingkungan baru.
Wahai kelas Ungu yang tangguh. Kami titip bangku-bangku bekas perjuangan. Jagalah juga si wali kelas tercinta dan guru-guru lainnya dengan baik. Jangan lupa sampaikan salam hangat kami kepada si 'Bangunan Biru' penuh cerita. Katakan padanya, "tetap tangguh berdiri, ya".
Salam hangat terdalam untuk Bu Kantin, Guru TK/SMP/SMA Muhammadiyah, adik2 kelas dan rumput-rumput liar di sana. Wahai kelas Ungu, rasanya kami sudah banyak meminta Tapi bolehkan meminta satu lagi? Tolong jaga warisan murah kami. Si kaca kecil yang bergantung di jendela. Katakan padanya, "terima kasih telah setia menjadi pantulan wajah kami yang pas-pasan". Katakan juga padanya, "tapi selamat, sudah beruntung bertemu dengan wajah-wajah para calon pesukses".
Wahai kelas Ungu, rindukan kami!

KAMU SEDANG MEMBACA
DIBALIK SEBUAH NAMA
AcakBukan apa-apa, hanya ingin bercerita. Sebuah ucapan, ungkapan, dan umpatan. Kepada mereka, jiwa-jiwa pewarna hidup.