" Gue mohon bantu gue hidupin hati gue lagi. Gue rasa, sekarang udah cukup. Gue mau bangkit. Gue mau bangun cinta gue lagi. "
~Audreay~" Arkannn.. " ucap Audreay lirih.
" Makanya itu, udah lo diem. Gue juga kaget. Takut pastinya," balas Arkan yang sedikit gugup.
" Gue hitung sampek tiga, kita pergi dari sini, " ucap Arkan kemudian.
" Satu.."
" Dua.."
Audreay masih syok dengan keadaannya saat ini.
" Tigaaaaaa... Huwaaa kabur!!"
" Aaaaaa.. Yang kenceng Ar"
Arkan melajukan mobilnya sangat cepat. Dia terus menginjak pedal gas. Tidak peduli pada kendaraan lain yang melintas di sekitarnya. Berharap mereka cepat melewati area tersebut. Area mistis. Tempat makhluk gaib bersarang. Ya, benar. Mereka tadi berhenti tepat di tepi TPU daerah Jakarta Pusat. Sangat pas di sebelah kiri-kanan mobil Arkan tadi adalah area pemakaman. Bagaimana tidak takut jika malam - malam begini mereka berhenti tepat di area pemakaman dengan suasana yang sangat hening, sepi mencekam. Bayangkan saja!
Setengah jam kemudian
Mobil Arkan tepat berhenti di depan salah satu rumah makan terkenal di Jakarta. Arkan mengode Audreay untuk keluar duluan.
Saat mereka sudah memilih tempat duduk yang pas, Arkan memanggil waiters.
Ketika waiters-nya sudah mendekat ke meja mereka dan menyodorkan buku menu, Arkan meminta Audreay untuk memesan makanan duluan. Membiarkan gadis itu memilih sesuka hatinya. Itung - itung meredakan mood-nya yang sempat hancur tadi.
Audreay tampak berpikir. Dia menggerakkan jemarinya menunjuk - nunjuk beberapa menu makanan sambil sedikit bergumam.
" Ehmm.. Mbak? Saya pesan, ayam bakarnya satu, nggak usah pakek sayap ya mbak, terus ayamnya kecil aja jangan besar - besar nanti nggak habis malah mubadzir. Oh ya, nggak usah pakek sayuran, eh pakek deh tapi nggak usah dikasih daun selada ya mbak. Sama bumbunya jangan pakek merica, pakek cabe aja yang banyak minimal sepuluh biji deh, terus kalo bisa bakarnya jangan sampe gosong ya mbak, jangan ada item - itemnya di tampilan luarnya, saya nggak suka. Kalo piringnya nanti bentuknya nggak usah aneh - aneh, cukup yang bentuk kayak hati aja saya udah bahagia ngeliatnya. Udah itu aja, kalo minumannya Cocholate milkshake aja mbak. Nggak usah manis - manis, soalnya saya udah manis, " ucap Audreay dengan intonasi yang sangat cepat seperti menghapal sejarah berdirinya Kerajaan Samudra Pasai. Oya, kalimat terakhir tadi, Audreay mengucapkannya sambil nyengir dan sedikit menyibak ke belakang rambutnya yang sempat berantakan.
Setelah Audreay mengoceh tak jelas tadi, suasana menjadi hening.
Waiters-nya cukup kaget mendengar penuturan Audreay yang menurutnya sangat abnormal tersebut.
Sedangkan Arkan, dia masih tidak sadar jika Audreay telah berhenti bicara. Wajahnya terlihat sangat lucu dengan mulut yang membuka sangat lebar. Dia melongo tak percaya dengan ucapan Audreay tadi.
Satu menit berlalu.
" Hoyyy Arkan!! Kenapa lo diem aja, ngomong napa ngomong. Diem - diem bae. Kasian tu waiters-nya nungguin lo dari tadi, cepetan elah!" suruh Audreay tiba - tiba mengagetkan Arkan.
" Oya mbak, anu.. saya pesen.. anu. Eh, saya nila goreng sama jus jambu aja mbak. Udah itu aja," ucap Arkan kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Huft-,-
Setelah waiters-nya sudah pergi, Arkan langsung menatap Audreay intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Te Vayas
Teen Fiction" Maaf, aku pergi " - Audreay " Silakan, tapi aku tidak akan berhenti mengejarmu" - Arkan . . . . Ini bukan tentang cinta yang perlu kebersamaan, bukan tentang rasa yang perlu balasan. Tapi ini adalah cinta yang perlu perjuangan, perlu pengorbanan...