Aku yakin kau juga memiliki rasa yang sama seperti hatiku saat ini. Bila dua hati saling berteriak, maka tak bisa kita pungkiri. Hati kita saling terpaut dan merekat.
~Arkan~"Lo emang nyebelin ya, "ucap Arkan yang tiba - tiba melangkah ke arah Audreay. Langkahnya semakin dekat , dekat, dan..
"Heh, mau ngapain lo deketin gue, berani banget ya lo, rasakan ini!!"ucap Dee dengan penuh emosi.
Arkan yang terus melangkah ke Audreay jadi bingung, kenapa tuh cewek. Belum sempat dia berbicara, seketika,
Bugg
"Awwwww!!" rintih Arkan yang memegang perutnya dengan kedua tangan dengan posisi terduduk sembarang.
Ketika Arkan menoleh ke Audreay,ternyata disana sudah ada 'orang itu'(lagi).
"He, lo bro.."ucap Arkan sambil berdiri yang langsung menyerang Max tanpa aba - aba.
Arkan menendang perut Max tanpa kasihan, Max yang tidak terimapun jadi terpancing amarahnya. Maxpun membalas pukulan Arkan. Alhasil, mereka berdua berkelahi di depan Audreay.
Audreay cemas, bagaimana melerai mereka berdua. Akhirnya, Audreay meminta bantuan pada salah satu siswa laki-laki yang berjalan di koridor.
"Eh, tolong gue dong. Disana ada dua cowok yang lagi berantem,"ucap Audreay agak khawatir.
Lima menit kemudian, Audreay datang dengan salah satu murid tadi. Untunglah cowok yang diminta bantuan sama Audreay tadi cepat - cepat melerai mereka berdua, dan langsung membawa Max pergi.
Sekarang, tinggal Audreay dan Arkan di depan toilet itu. Ya, sejujurnya tadi Arkan memang membawa Audreay ke Toilet umum di pojokan gedung yang memang jarang dilalui siswa dengan alasan supaya tidak diketahui siapa - siapa. Namun, tetap aja ada orang yang melihatnya. Dan sialnya itu Max.
Audreay melirik Arkan yang sekarang kondisinya sangat memprihatinkan. Seragam Arkan yang awalnya rapi, sekarang sudah kucel, berantakan, dan tak sedikit ada darah yang hinggap di seragam putihnya. Wajahnya yang awalnya berseri - seri, sekarang jadi kotor, lebam dimana - mana, dan bibirnya mengeluarkan darah. Cara berdirinya juga sudah tidak tegap lagi, dia agak sempoyongan, dan tiba - tiba..
Brukk
Arkan pingsan, Audreay semakin khawatir. Akhirnya dengan bantuan murid - murid di sekitar toilet, Arkan dibawa ke UKS yang diikuti Audreay di belakangnya yang sangat cemas sambil sesekali meremas tangannya sendiri.
Setelah lima belas menit Arkan diobati. Akhirnya dia sadar, orang yang pertama kali dia lihat adalah.. Audreay.
"Eh, lo udah sadar. Gimana sekarang kondisi lo, baikan nggak,"tanya Audreay agak canggung.
Arkan hanya memandang Audreay yang menyiratkan banyak persepsi. Dia tidak menjawab pertanyaan Audreay, justru malah berganti memandang ke arah lain.
"Yaudah deh kalo lo masih marah sama gue, gue pergi dulu ya,"pamit Audreay. Namun, langkahnya terhenti karena tangan Audreay tiba - tiba dipegang Arkan.
Kali ini, cara Arkan memegang tangan Audreay beda dari sebelumnya. Sekarang lebih melembut tanpa ada paksaan. Audreay menatap mata hitam itu, tiba - tiba dia teringat seseorang. Dengan sergap, Audreay melepas paksa tangannya dari cekalan Arkan dan pergi keluar UKS dengan tergesa - gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Te Vayas
Roman pour Adolescents" Maaf, aku pergi " - Audreay " Silakan, tapi aku tidak akan berhenti mengejarmu" - Arkan . . . . Ini bukan tentang cinta yang perlu kebersamaan, bukan tentang rasa yang perlu balasan. Tapi ini adalah cinta yang perlu perjuangan, perlu pengorbanan...