Part 1

11.6K 413 7
                                    

👇👇👇👇👇

Gordeng telahku buka, matahari memang masih belum menampakan sinarnya tapi itu semua tak menyusutkan semangatku untuk bekerja. Seusai mandi aku langsung mengusik tidur suamiku agar ia terbangun dan agar tak telat berangkat ke kantor.

   Setelah suamiku bangun aku langsung menyiapkan bajunya di atas kasur dan beberapa helai roti selai kacang dengan segelas susu sebagai menu sarapannya, tak lupa 1 memo bertuliskan

"Di toko lagi banyak pesanan.. maaf, love you" aku rasa Jungkook muak mendapatkan memo yang baru saja aku tulis.

"Jungkook.. aku berangkat yaaa" teriakku sekencang kencangnya dari lantai satu, setelah mendapat jawabann berupa "He'em" aku langsung bergegas mengambil kunci mobilku.
                                               

Sore ini aku masih berkutat dengan semua kue kue yang baru saja selesai dibuat, begitupun dengan Jihyo. Aku dan Jihyo tengah asik menyulap tart tart polos menjadi amat menarik dengan berbagai pernak pernik sesuai keinginan para konsumen, sebenarnya disini ada beberapa karyawan tapi itu semua tak cukup, maka kadang aku dan Jihyo ikut turun tangan.

"ehemm" aku dengar ada yang batuk tepat dibelakang telingaku, sopan sekali orang ini.

"belum selesai?" mendengar itu aku langsung menoleh kebelakang, ternyata suamiku.

"belum, masih banyak pesanan yang harus diselesaikan., besok pagi mau pada ngambil soalnya" ujarku tanpa harus menengok ulang, aku rasa wajahnya pasti kecut.

"kamu tunggu dirumah aja ya, akukan bawa mobil.. muach see you sayang" dengan cepat aku mengecup pipi Jungkook, ini pengusiran secara halus yang sering aku buat habis kalo saja ia masih stay disini pasti akan bawel.

Jihyo dan para keryawanku juga sudah biasa melihatku mengecup Jungkook. Karna memangitu obatnya agar ia tak marah.

"aku tunggu di meja saja" ucapnya datar, oh okey ini sudah tanda tanda ingin meledak.

_20.52_

Aku buru buru bergegas keluar dapur toko rotiku, aku melihat Jungkook yang tengah duduk dengan wajah suntuk dan beberapa cangkir bekas coffee milknya. Malam memang belum larut tapi ini benar benar tak pantas untuk pekerjaan seorang istri yang selalu pulang melewati batas waktu kerja suaminya, Jungkook pasti marah.

"duhh nunggu lama ya, maaf.. lagian tadi gak tunggu dirumah aja sih"

"emang kamu fikir enak selalu pulang tanpa sambutan istri" ujarnya,cukup Ngena di hatiku. Duh makin merasa bersalah, masalahnya aku udah sering banget buat dia dongkol kaya gini.

Jungkook langsung berjalan mendahuluiku ke tempat parkir.

"pokoknya besok gak aku izinin ke toko" ancamnya saat melihatku yang baru saja masuk kemobilnya.

"tapi Kook.."

"gak ada tapi tapian, mobilmu titip ke Jihyo aja" katanya tanpa sesentipun melirik kearahku. Aku jadi malah ikut ikutan badmood. Keras Vs Keras sama dengan Batu.

Sesampainya dirumah aku langsung ke kulkas, meletakan satu cupcake yang tadi sengaja aku ambil untuk membujuk Jungkook, tapi kelihatannya kali ini aku enggan meminta maaf padanya, jadi lebih baik cup cakenya disimpan saja.

"selamat malam" ucapnya kepadaku yang baru saja keluar dari kamar mandi, Jungkook dengan cepat membalikan badannya. Aku yang bingung ingin melakukan hal apapun memutuskan untuk membuka pintu balkon, dan duduk di kursi yang tersedia disana.

---

Angin pagi ini terasa begitu semilir, nampak tak ada kecerahan pada deretan deretan  awan yang kini telah berjajar rapih di langit. Aku mulai menutup pintu balkonku dan mulai kembali keranjang. Bukan untuk kembali tidur, tapi sedikit mengusik mimpi suamiku.

Setelah lama berhasil membujuknya untuk bekerja kini aku mulai menyiapkan baju yang akan ia kenakan, setelah itu berlalu menuju dapur. Ini buka rutinitas, tapi ini kewajiban!

"Aku buru buru ya..maaf, love you" Seperti angin yang berhembus sesaat, Jungkook berjalan sangat cepat. Bahkan akupun tak sempat melihatnya.

Itu kebiasaan buruknya, aku kadang capek dengan kehidupanku, kenapa dia gak bilang kalo hari ini masuk pagi? Kan aku gak akan capek capek buatkan nasi goreng begitu banyak. Hubungan kita memang kurang harmonis, beda banget sama pasangan muda diluar sana.

Kini, aku kesepian hanya ditemani 2 buah majalah yang sebenarnya malas untuk ku lihat, tapi apalah daya kata aku tak punya kegiatan lain selain kembali menunggu suamiku pulang dan itu yang selama ini aku lakukan tanpa terkecuali.

Kalau begini caranya rasanya aku ingin kembali ke toko rotiku bersama Jihyo, aku bosan tak ada hal yang dapat aku kerjakan. Tapi, Jungkook lagi memintaku untu tak bekerja.

"Ibuuu" kulihat kini Yoo Ji berlalu berhambur memelukku, ia terlihat masih memakai seragam TKnya

"Yoo Ji kenapa? Kamu kesini sama siapa nak?" .

"sendiri bu"

"terus kenapa kamu nangis?" tanyaku yang sudah benar benar kepo maksimal.

"ayah sama bunda Yoo Ji berantem terus.. Yoo Ji jadi sering diomelin bunda, padahal Yoo Ji gak nakal bu, Yoo Ji mau tinggal sama ibu aja ya" tuturnya, aku berfikir keras.

Oh pantas saja kemarin Jihyo tak banyak bicara dan Yoongi seharian gak datang ke toko. Jika kalian bingung, Yoo Ji ini bukan anakku, dia hanya anak dari sahabatku serta rekan bisnisku Jihyo dan Yoongi. tapi dia biasa memanggilku ibu.

"yaudah sekarangkan udah sama ibu jadi gak boleh sedih lagi ya, kamu sudah makan nak?" kulihat Yoo Ji menggeleng pelan.

"yasudah sehabis makan kita bobok ya, abis itu ibu mau telfon bunda Yoo Ji dulu".

"jangan bu.. bunda Yoo Ji jangan di telfon Yoo Ji malas, nanti juga paling Yoo Ji di marahin" cegahnya.

Aku memang berusaha sebaik mungkin dengan anak siapapun, sekalipunn itu sahabatku. Aku juga senang masih ada yang mau memanggilku dengan sebutan ibu.

Aku sedang berbicara dengan Jihyo, sedikit membujuknya untuk membiarkan Yoo Ji bermalam dirumahku, aku tak akan merasa berat hati, malah aku senang bila ada anak kecil dirumah, sesungguhnya aku merindukan hal itu. Tapi sepertinya Jihyo yang kelihatannya sedang punya banyak masalah nampak tak bisa diajak kompromi.

"tapi Hyo, aku tak mau lagi melihat Yoo Ji datang datang dalam keadaan menangis seperti tadi siang, kamu ini lagi emosi sama Yoongi, tolong jangan Yoo Ji yang kamu jadikan pelampiasan" Jihyo semakin menatapku tajam, wajahnya tak seteduh biasanya, aku semakin tak akan membiarkannya membawa Yoo Ji ia pasti tengah banyak masalah.

"Diam kamu Nayeon.. lama lama aku muak sama kamu yang selalu mencari muka di depan Yoo Ji. kamu itu siapanya Yoo Ji? aku itu ibunya. aku tau yang terbaik untuk anakku sendiri, lagian kamu ini tidak pernah menjadi ibu jadi kamu pasti gak akan tau apa yang aku rasa!" bentaknya Mataku memanas tak bisa membendung kalimat yang Jihyo lontarkan barusan.

"hmm.. okey terima kasih Jihyo atas peringatanmu. Kamu bisa bawa anakmu dari rumahku dan aku sadar aku tak akan pernah menjadi ibu dari anak manapun" aku menundukkan kepalaku, malas menatapnya.

Aku tak menyangka sahabatku sendiri berkata seperti itu. Semuanya serasa sesak didada, sekarang aku sadar kalau aku bukanlah wanita yang seutuhnya.







To be continued...

Intersection (Jjk - Iny) End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang