"Apa itu semua ayah yang belikan?" Melihat anggukan Joo Hyung, Nayeon jadi agak terperangah, seenggaknya ada hikmah dibalik kejadian ini, kejadian dimana Jungkook menyadari bahwa Joo Hyung benar benar anaknya. Tapi, kenapa kasih sayang itu hadir setelah ia tengah merencanakan hari persidangannya? Kenapa semua itu begitu singkat?.
Mendengar ada yang membuka pedal pintu ruangan Joo Hyung mereka semua pun menoleh, melihat siapa yang datang Nayeon buru buru pamit ke Joo Hyung untuk pulang, tanpa ia duga ada yang menarik pergelangan tangannya dengan cepat.
"Lepasin sekarang atau aku akan teriak" bisik Nayeon yang masih membelakangi Jungkook, tak ada pemberontakan dari Nayeon tapi Jungkook terkekeh medengar ancaman istrinya.
"Dimana surat itu?" Tanya Nayeon yang mau gak mau menanyakan itu kepada Jungkook karna ia menyadari perjanjiannya surat cerai yang sudah ditanda tangani harus ada di tas meja, tapi apa daya Nayeon tak menemukan apapun.
"Apa? Surat ini maksudnya?" Jungkook mengangkat amplop coklat itu tinggi tinggi.
"aku minta maaf atas kesalahan yang pernah aku buat, aku tau ini fatal.." ujar Jungkook, sambil tetap menahan kepergian Nayeon.
"Aku tak peduli" Nayeon dengan cepat melipat kedua tangannya didada.
"tapi kamu harus peduli! aku mau selesain semuanya, aku gak suka cara penyelesaian kamu" kata Jungkook, anggap saja mereka membicarakan semua ini diluar ruang rawat Joo Hyung.
"peduli apa Jungkook? peduli kalau kamu selingkuh, iya? Disini itu aku yang korban jadi ya terserah aku dong jalan damainya mau kek gimana, yang jelas kita harus pisah!" pekik Nayeon, Jungkook mengenggam kedua bahu Nayeon sambil menatapnya dalam.
" Nayeon dengarin aku, pliss jangan keluarin kata kata itu. Inget Nay, Joo Hyung masih terlalu kecil untuk kehilangan semuanya, dia sayang banget sama kamu dan dia baru banget merasakan kasih sayang dari aku" kata Jungkook dengan wajah hopelessnya. Nayeon dengan cepat menepis kasar tangan Jungkook dari bahunya.
"akukan bukan ibunya, peduli apa aku sama anak itu, ayahnya saja lepas tanggung jawab.. mau dia kenapa juga bukan urusanku, urusanku cuma satu yaitu mengurus sidang perceraian" Nayeon kali ini terlihat begitu jahat, sifat Nayeon yang keibuan dan mudah luluh benar benar tidak terlihat kali ini.
"kamu ini ngomong apa? Sebegitu bencinya kamu sama aku? Kalau begitu aku akan robek surat ini!!" ancam Jungkook, Nayeon terlihat tidak mau ambil pusing.
"robek saja, aku akan kabur dan anakmu akan nangis darah tanpa aku!" ancam balik Nayeon, Jungkook terlihat berfikir dan mau gak mau menandatangani surat perceraiannya.
#Keesokan harinya
_Nayeon pov_
Sore ini aku tengah berada di pekarangan rumah ibu mertuaku untuk menjemput Joo Hyung, ia baru saja keluar dari rumah sakit, karna tadi pagi aku tengah sibuk di JooJi jadi Jungkook yang menjemput Joo Hyung.
Aku mulai memasuki rumah ibunya Jungkook lalu menghampiri ibunya yang tengah mengajak Joo Hyung bermain di taman belakang bersama beberapa kelincinya.
Aku menghampiri mereka, terutama menyalimi ibu mertuaku."bu Joo Hyung tungguin ibu dari tadi loh" Joo Hyung langsung mengaitkan tangannya pada leherku, aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya.
Sedari tadi tak ada berbincangan yang cukup untuk memecahkan keheningan, ibu mertuaku juga nampak bingung, ntah kenapa kami benar benar merasa canggung saat ini. Tidak seperti bisaanya, kami dapat membicarakan banyak hal, ntah mengapa semuanya berbeda dan akhirnya akupun memutuskan untuk pulang."Ihss pamit dulu dong sama nenek" ucapku, aku langsung mengangkat Joo dalam pelukanku, sesungguhnya kakinya yang patah masih belum pulih jadi mau gak mau aku harus menggendongnya, masalah kursi roda aku kurang memprioritaskan benda itu, aku lebih suka menggendong Joo Hyung walaupun ia tak seenteng dulu.
Ibu mengantarku sampai depan, wajahnya selalu terlihat tersenyum. Aku menyaliminya, lalu sekedar cipika cipiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intersection (Jjk - Iny) End ✔
Фанфик"Menyesal! itulah yang aku rasakan. Maafkan aku yang telah menyakiti hatimu. Maaf, Maaf dan Maaf" - Jjk "Aku tak menyangka kamu tega melakukan itu padaku. Ingin rasanya membencimu, namun rasa cinta ini lebih besar daripada rasa benci ini kepadamu."...