---
Aku masih memikirkan semua perkataan Jihyo, aku tidak akan pernah menjadi seorang ibu. Angin malam di balkon ini serasa sangat menyeruak, suara gemuruhpun sesekali terdengar, tapi itu tak menyusutkan fikiranku untuk beranjak dari sini fikiranku masih melayang layang mengingat kejadian di masa lampau kami.
Jihyo itu patner kerjaku, kami sama sama membangun toko roti berlabel "JooJi Cake & Cookies" nama itu kami ambil dari rencana nama anak pertama kita masing masing Joo Hyun –Yoo Ji. Usaha itu berawal dari Jihyo yang sewaktu mengandung Yoo Ji merasa teramat sangat menggilai semua yang berbau kue, sampai sampai ia yang tak menyukai cheese cake pun jadi gemar makan itu.
Yoongi sempat kewalahan masa iya ia harus bolak balik toko roti, akhirnya aku membuatkan Jihyo cupcake dan mereka bilang rasanya lezat, Jihyo juga sebenarnya gemar membuat kue bahkan rasanya tak kalah lezat dari buatanku dan akhirnya kami sama sama menggeluti bisnis itu, Jihyo sempat cuti selama 5 bulan untuk mengurus Yoo Ji, tak lama kemudian aku mengandung Joo dan disitu aku memutuskan untuk memanage waktu kerjaku Jungkook pun menuntutku untuk begitu, karna selama hamil Joo Hyun dulu aku begitu lemah, dikit dikit pingsan, dikit dikit sakit. Makanya Jungkook melarangku bekerja. Tapi, bukan Nayeon namanya kalau tak keras kepala .
Pada akhirnya di toko roti itulah semuanya berakhir, saat menginjak usia ke 7 bulan aku terpeleset serpihan tepung terigu yang begitu licin. Aku terjatuh dan.. semuanya hilang.. Nama Jeon Joo Hyun hanya menjadi penampang nama toko rotiku, bayi mungil itu tak bertahan lama :')
Mungkin melihatku yang berjam - jam melamun membuat Jungkook menyadari semuanya, perlahan ia memeluk leher janjangku.
"kenapa?" tanyanya, aku menggeleng cepat sambil terus mendekap bingkai foto berukuran sedang dalam pelukanku. Jungkook mengambilnya dengan cepat, setelah itu menaruhnya di hadapan kita berdua.
"dia ganteng ya? persis aku" ujarnya narsis.. Aku tak menanggapi pernyataan konyolnya, aku masih menatap foto itu dalam dalam.
"kau tau? besok adalah hari ulang tahunnya Joo yang ke 4, kalau saja ia masih bersama kita mungkin ia sedang lucu lucunya" aku dan Jungkook sama sama terhanyut dalam figura foto tersebut.
Sebuah foto bayi yang mungkin baru beberapa jam berhasil kulahirkan, ia meninggal saat berusia dua hari karna dulupun aku melahirkannya secara prematur.
Pagi ini, Jungkook masih memeluk pinggangku dengan erat, akupun semakin merubah posisi nyamanku dalam dekap hangatnya. Aku menenggelamkan tubuhku di pelukannya sesekali mencium aroma maskulinnya.
Aku merasa dekapannya semakin erat, lalu merasa keningku sedikit tersentuh. Aku mulai mengangkat kepalaku, ternyata dia sudah bangun.
"morning" sapanya. Dia mencium keningku lagi, huh masih pagi sudah menang banyak. Aku membalas mencium pipinya sedetik kemudian dan menjawab sapaannya dengan senyum simpulku.
"apa kamu tak ingin berangkat ke kantor" aku masih dengan posisi awalku, dia hanya memandangku dengan wajah datarnya dan kita saling berhadapan.
"heii.. Jeon ini sudah jam berapa? nanti kamu deh yang marah marah bilangnya aku yang gak bangunin" aku mengusik usik tubuhnya, dia hanya tersenyum gak jelas.
"bawel sekali istriku ini, sekarang kamu mandi dan siap siap aku mau ajak kamu ke suatu tempat, aku kan jarang liat kamu mandi pagi.. Makanya buruan sana mandi" perintahnya sambil mengusik tubuhku.
"idih.. kok jadi ngusik balik? ih siapa suruh selalu berangkat subuh, jadi gak pernah liat aku dalam keadaan cantik kan?"
"berisik.. cepet sana mandi, aku mandi di bawah aja.." mendengar itu aku langsung bangkit dan segera meninggalkan Jungkook.
"sakuraaaa.. Morning kissnya manaaa?" teriaknya, aku langsung berbalik arah dengan malas dan langsung mengecup pipinya. Kebiasaan banget sih,emang morning kiss dari aku itu ampuh banget ya? bisa gak sih dia ngelupainritual itu? apa kalo aku gak kasih dia akan berubah menjadi kodok? oh okey akumulai ngaco o.O
Jungkook menginjak rem, mobilpun kini terhenti di sebuah tempat pemakaman umum. Aku menatap Jungkook nanar, antara bingung sama sedih dengan keadaan sekitar. Jungkook menggenggam tangan kananku lalu tersenyum, ntah ini senyum apa.
"kita berdoa ya, buat Joo" hari ini memang genap usia ke 4 Joo Hyun kalau memang dia masih bersama Aku dan Jungkook, tapi kenyataan tak seindah itu.
Jungkook menuntunku untuk mewelati makam makam yang lainnya, setelah menemukan gundukan tanah dihiasi rumput bertuliskan Jeon Joo Hyun. Aku duduk bersebelahan dengan Jungkook yang ternyata sudah menyiapkan bunganya, akupun tak tau kapan ia membeli ini.
Setelah selesai menabur bunga, Jungkook kini memimpin doa, akupun larut dalam kekhusyuannya sesekali air mataku terjatuh mengingat perjuanganku dulu.
"Hallo jagoan ayah, ayah dateng kesini sama ibu loh. Liat deh masa ibunya nangis hihi cengeng sekali ya ibu kamu. Baik baik disana ya nak, tunggu ayah sama ibu nyusul kamu" Jungkook layaknya bercengkrama dengan perutku dulu sewaktu mengandung Joo, aku terkekeh mendengar ucapannya. Apa dia gak ingat kalau ini tempat pemakaman umum? bukan tempat yang tepat untuk bergurau.
"Apa kabar sayang? ibu kangen deh sama Joo. kamu baik baik aja kan ya disana? jangan dengerin ayah kamu yang rada rada itu ya nak. ibu selalu doain Joo dari sini, karna emang cuma itu ungkapan rasa sayang ibu ke Joo. Tunggu ibu sama ayah disana ya. Ibu sayang Joo Hyun" aku sedikit mengelus batu nisan tersebut, lagi lagi air mataku tak dapat aku bendung.
Jungkook dengan segera mengangkatku untuk bangkit dan meninggalkan tempat peristirahatkan terakhir anakku.
"sesampainya dirumah aku langsung ke kantor ya, minggu ini gak usah ke toko, nanti aku yang kabarin Jihyo" ucapnya, aku menatapnya bingung, ku kira ia bolos kerja hari ini ternyata tidak. Aku mulai berfikir lagi mana mungkin seorang Jeon Jungkook mau membuang buang waktu berharganya dikantor bersamaku.
"gimana?" tanyanya lagi, aku hanya bisa mengangguk pasrah.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Intersection (Jjk - Iny) End ✔
Fanfic"Menyesal! itulah yang aku rasakan. Maafkan aku yang telah menyakiti hatimu. Maaf, Maaf dan Maaf" - Jjk "Aku tak menyangka kamu tega melakukan itu padaku. Ingin rasanya membencimu, namun rasa cinta ini lebih besar daripada rasa benci ini kepadamu."...