🦋3

15.1K 2.2K 237
                                    

Berjam-jam berjalan melewati sungai dan rawa hingga kaki Jungkook terasa nyaris mati rasa, akhirnya Lisa memutuskan untuk berhenti. Lagipula hari sudah mulai gelap. Mereka harus menyiapkan kayu bakar untuk menghangatkan tubuh saat tidur nanti.

"Hei, memangnya kau tidak bisa menggunakan sihirmu itu untuk membuat gubuk kecil dan perapian?" ujar Jungkook agak jengkel. Ia sudah sangat lelah, tetapi masih harus tergopoh-gopoh mencari kayu juga.

Sewaktu kerja di toko roti, Jungkook tidak pernah merasa selelah ini. Itu di karenakan bibi cantik pemilik toko roti tersebut selalu memberikannya keringanan dalam bekerja. Sampai-sampai membuat teman-temannya merasa iri karena Jungkook mendapatkan perlakuan spesial dari perempuan berusia tiga puluh tahunan bernama Song Nana itu.

Jungkook sih masa bodoh. Yang penting ia dapat uang, walaupun sesekali harus meladeni tingkah genit dan menjijikan dari wanita yang sudah bersuami itu.

"Bisa." jawab Lalice, singkat. Di tangannya sudah ada setumpuk kayu kering yang akan mereka bakar nantinya.

Jungkook mendengus kesal, tak habis pikir, "Lalu? Mengapa kita harus repot-repot mencari kayu?"

"Agar kau tidak manja," jawab Lalice. Ia meletakkan tumpukkan kayunya disisi tempat yang akan mereka gunakan untuk tidur. "Otot-ototmu itu harus dilatih, supaya bisa berdiri dan berjalan dengan baik, serta tidak lemah ketika ada bahaya yang mengancam suatu saat nanti."

"Aku kuat, aku masih bisa berdiri dengan baik! Coba saja buka pakaianmu, pasti milikku sudah berdiri!"

Dasar bodoh.

Lalice melirik tajam pada Jungkook. Astaga! Yang dimaksud Lalice bukanlah otot-otot yang itu. Rasa-rasanya Lalice sudah menjabarkan kalimat yang cukup jelas, bukan?

Jungkook ini sebenarnya idiot atau bagaimana, sih? Mengapa ia selalu berpikiran yang iya-iya?! Menjijikan sekali. Membuat Lalice ingin mendorong Jungkook ke tumpukan kayu bakar yang apinya tengah membara seperti dihadapannya saat ini.

Tapi pada akhirnya, peri cantik itu hanya menghembuskan napas lelah. Percuma saja jika ia meladeni perkataan Jungkook. Yang ada, ia malah disangka idiot juga oleh para hewan yang berlalu-lalang disekitar mereka.

Lalice harus bersabar. Ia harus pandai-pandai mengontrol emosinya jika tidak mau mendekam di pengasingan karena telah mencelakai putra dewa.

Membayangkannya saja sudah membuat Lalice bergidik ngeri. Ya, walaupun saat ini ia ingin sekali menendang bokong Jungkook hingga pria itu terlempar ke dasar jurang.

Hh~ Sabar. Sabar.







°°







Jungkook tidak tahu saat ini waktu sudah menunjukkan pukul berapa. Ia lupa tidak memakai jam tangannya yang ia letakkan diatas nakas, disisi tempat tidurnya ketika di apartemen. Tapi Lalice bilang, Jungkook harus segera tidur.

Namun sudah beberapa lama berbaring dengan beralaskan rumput kering, Jungkook masih belum bisa memejamkan matanya. Ia merapatkan selembar daun besar yang ia jadikan sebagai selimut malam ini. Melirik Lalice yang terbaring disisinya, yang berjarak sekitar lima puluh senti dari posisinya.

Gadis itu sedang berbaring membelakanginya, dan Jungkook tidak tahu apakah peri beriris ungu itu sudah tertidur atau belum.

"Lice.." ujar Jungkook, setengah berbisik.

"Tidurlah, Je," ujar Lalice. Dari nada suaranya yang masih terdengar biasa, dapat diketahui jika gadis itu juga belum bisa terlempar ke alam mimpi. "Besok kita harus bangun pagi untuk menghemat waktu."

oh! my fairy | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang