Setelah melewati sepuluh hari lamanya, akhirnya Lalice dan Jungkook sampai pada deretan perumahan di daratan Hallerbos. Lebih lama dari waktu perkiraan, memang. Hal itu dikarenakan Jungkook yang sering meminta waktu untuk istirahat lebih banyak.
Berita kedatangan putra bungsu Sang Dewa memang sudah menyebar luas. Para penduduk yang tak sengaja berpapasan dengan mereka, memberi perhatian lebih. Menunduk hormat, disertai dengan berbagai macam tatapan.
Ada yang menatap kagum pada paras tampan Jungkook, ada pula yang menatap jijik melihat perubahan warna pada iris dan rambut Lalice. Yang mereka tahu, jika seorang Peri mengalami perubahan seperti itu, maka artinya Peri tersebut telah melakukan suatu kesalahan besar.
"Apa mereka semua manusia?" bisik Jungkook pada Lalice, sambil sesekali melempar senyum canggung pada setiap warga yang memberi salam.
"Ya. Penduduk lokal memang manusia. Hanya penduduk pilihan yang akan dijadikan sebagai Peri." Lalice sedikit menundukkan kepalanya, menghindari tatapan menyudutkan dari segala penjuru yang ditujukan padanya.
Jungkook sangat sadar akan hal itu. Perubahan warna pada iris dan rambut Lalice, juga semakin melemahnya kekuatan gadis itu--semua disebabkan oleh dirinya.
Lantas ia menggenggam tangan Lalice, dan secara tak langsung berkata, 'Tenanglah, ada aku disini.'
°°
Melangkahkan kaki pada lantai marmer mansion, Jungkook benar-benar terperangah dibuatnya. Bangunan ini benar-benar luas. Pilar-pilar besar dan tinggi yang tersebar sebagai penyangga, jendela besar, juga pintu tinggi yang menjulang--yang terdapat ukiran rumit dan unik dipermukaannya.
Melihat kedatangan keduanya, beberapa Peri segera membukakan pintu masuk. Mereka sempat terkesiap melihat perubahan pada diri Lalice, yang hanya dibalas senyum tipis oleh gadis itu.
Lalice dan Jungkook melangkah masuk.
Diujung sana, tepatnya pada singgasana--Dewa Ji, Jim, dan Rose, sudah menyambut kedatangan mereka.
Para petinggi daratan Hallerbos turut hadir disana. Berdiri, berjajar disisi kanan dan kiri pada karpet merah yang terbentang.
Dewa Ji tersenyum lega. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya setelah tujuh belas tahun, akhirnya ia dapat melihat kembali sosok putra bungsunya.
Berjarak sekitar sepuluh meter, Lalice dan Jungkook segera bersimpuh, memberi penghormatan pada Sang Dewa.
"Kami datang, Yang Mulia." Lalice berucap dengan suara lembut dan anggun, penuh hormat.
Dewa Ji tersenyum, "Bangunlah." suara yang baru pertama kali didengar oleh Jungkook itu begitu berwibawa dan bijaksana.
Keduanya bangkit.
Dewa Ji segera turun dari singgasananya dan memeluk tubuh sang putra. Menumpahkan segala kerinduan yang sudah lama terpendam, membuncah di dalam hati.
"Aku adalah ayahmu, nak." suara Dewa Ji terdengar bergetar, diiringi dengan setetes air mata dari pelupuknya.
Hati Jungkook menghangat. Ini adalah kali pertama ia merasakan pelukan sang ayah yang begitu menenangkan. Menghirup aroma yang tak pernah terbayangkan dalam benaknya.
"Aku merindukanmu ... Ayah."
Dewa Ji semakin mendekap erat tubuh sang putra. Rasa rindunya menguap, sudah terbayarkan dengan hadirnya Jungkook dihadapannya.
Lalice yang melihat pemandangan tersebut hampir saja membuatnya meneteskan air mata. Sungguh manis, dan mengharukan.
"Apa kau baik-baik saja, putraku?" Dewa Ji melepas pelukan tersebut, menatap Jungkook dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
oh! my fairy | lizkook✔
Fanfic[M] Kehidupan flat dari seorang Jeon Jungkook berubah drastis pada malam itu. Hal-hal gila terus bermunculan, memaksa otaknya untuk berpikir lebih keras saat kejadian-kejadian tak masuk akal mulai menghampiri dirinya. Jungkook rasa, dirinya adalah m...