Suara langkah Jim bergema, memasuki mansion dengan terburu-buru serta raut wajah yang tak terbaca. Tangan kanannya menggenggam secarik kertas yang sudah mulai berkerut-kerut.
Sesekali ia menggigit pipi bagian dalamnya. Matanya meliar keseluruh penjuru bangunan tersebut, mencari sosok sang ayah yang ternyata presensinya ia temukan dibalkon utama.
"Ayah.." panggilnya. Ia berusaha menetralkan deru napasnya.
Dewa Ji menoleh dengan guratan penuh tanya mengenai ekspresi Jim yang mulai terlihat panik.
"Sang Devil mengirimkan surat." Jim menyerahkan secarik kertas yang dibawanya. Jantungnya berdegup kencang. Ia sudah membaca surat itu sebelumnya.
Dewa Ji mulai membaca setiap kalimat yang ditulis dengan tinta merah tersebut. Keningnya berkerut. Secara tak sadar, ia mulai meremat kertas tersebut sembari mengeraskan rahangnya kuat.
"Jim.." ujarnya dengan penuh penekanan.
"Ya, ayah.."
Dewa Ji menarik napasnya sejenak, "Siapkan lima ribu pasukan terbaik kita untuk berperang sebelum bulan biru bersinar." titahnya.
Sebelum bulan biru bersinar. Itu artinya sekitar sepuluh hari dari sekarang.
Jim menatap sang ayah, kemudian mengangguk pasti.
°°
Suara tiupan terompet yang menggema terdengar, membuat para Peri Penjaga beserta semua prajurit --yang biasa disebut sebagai Agenor-- berkumpul dilapangan utama. Tak terkecuali Jim dan Jungkook yang berdiri di atas mimbar, bersama dengan satu orang pembicara.
"Jim!" Jungkook memanggil, setengah berbisik. "Memangnya ada apa, sih?"
Jim melirik pada Jungkook, "Dengarkan saja. Nanti kau akan tahu."
"Ck! Aku ingin mendengarnya sekarang!" Jungkook memberengut.
Jim menggeleng pelan. Sebenarnya ia gemas melihat ekspresi Jungkook saat tengah mempoutkan bibirnya seperti itu. Meskipun mereka adalah saudara tiri, Jim tetap menyayanginya. Bahkan sering sekali merindukannya karena selama hidupnya, baru selama dua minggu belakangan ia bertemu dengan sosok Jungkook.
Jim hanya tak habis pikir mengapa adiknya ini sangat tidak sabaran sekali. Padahal pembicara yang berdiri ditengah-tengah mereka ini sudah akan membuka mulut dalam beberapa saat lagi.
"Mohon perhatian!" ucap pembicara bernama Louis itu dengan lantang. Ia mulai membuka sebuah gulungan ditangannya.
Jungkook agak bingung sebenarnya. Meskipun Louis tak menggunakan pengeras suara, tetapi dua kata yang diucapkannya mampu membuat ribuan Peri dan Agenor yang berbaris didepan mereka menjadi bungkam, tidak gaduh seperti beberapa detik yang lalu.
"TITAH SANG DEWA. MENUGASKAN KEPADA KALIAN, PARA PERI PENJAGA DAN AGENOR UNTUK BERLATIH LEBIH KERAS GUNA MENGHADAPI PEPERANGAN MELAWAN PASUKAN SANG DEVIL YANG AKAN TUMPAH SEBELUM BULAN BIRU BERSINAR." kemudian pria berambut pirang itu menutup gulungannya. Ia mundur satu langkah, membiarkan Jim mengambil tempatnya.
Seluruh Peri dan Agenor berseru karena terkejut. Ini adalah peperangan pertama setelah dua puluh tahun terakhir.
Jungkook pun tampak terkesiap. Namun keterkejutannya itu bertambah berkali-kali lipat setelah Jim mulai membuka suara.
"Tolong berlatihlah lebih keras!" titah Jim. Aura kepemimpinannya menguar, memberikan efek takjub bagi Jungkook. "Keselamatan adikku dan seluruh rakyat Hallerbos sedang dipertaruhkan. Kalian tentu paham, mengapa adikku tidak boleh terluka walaupun hanya setetes darah yang keluar dari pori-pori kulitnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
oh! my fairy | lizkook✔
Hayran Kurgu[M] Kehidupan flat dari seorang Jeon Jungkook berubah drastis pada malam itu. Hal-hal gila terus bermunculan, memaksa otaknya untuk berpikir lebih keras saat kejadian-kejadian tak masuk akal mulai menghampiri dirinya. Jungkook rasa, dirinya adalah m...