Hal pertama yang membuat Lalice terkesiap pagi ini adalah fakta bahwa ia tertidur dikamar Jungkook semalaman. Namun yang membuatnya lebih terkejut setengah mati adalah ketika ia mendapati tangan kekar seseorang tengah memeluk perutnya dengan nyaman.
Lalice mengerjapkan matanya sejenak, mencerna keadaan selama beberapa saat dengan dahi yang mengerut bingung sembari sedikit mendongak untuk menatap wajah Jungkook yang masih memejamkan mata dengan tenang. Kalau Jungkook belum sadarkan diri, bagaimana bisa pemuda itu memiringkan tubuh hingga mendaratkan tangan pada perutnya?
Oh, jadi Jungkook sudah--
"Jeka!!" Lalice menghambur untuk memeluk Jungkook setelah ia menyadari apa yang terjadi. Gadis itu benar-benar ingin menangis saat ini.
Jungkook menahan senyum, membuka sedikit celah matanya dan mendapati Lalice yang mulai terisak haru didadanya. "Hei, aku belum mati. Jangan menangis begitu." Lalice hanya tidak tahu betapa sulitnya Jungkook untuk menggerakkan tubuh setelah beberapa bulan tak sadarkan diri hanya untuk memberikan kejutan kecil pagi ini.
Lalice masih terisak. Ia memeluk tubuh Jungkook dengan erat, seolah tak membiarkan seorangpun untuk memisahkan dua raga mereka, seakan tidur panjang Jungkook selama beberapa bulan belakangan benar-benar perpisahan terhebat yang pernah ia rasakan dalam hidupnya.
Hatinya berdebar penuh kerinduan dan kebahagiaan. Jungkook sudah membuka mata serta berbicara padanya, dan ini bukanlah sebuah mimpi belaka.
"Sshh~ sudah, sudah." Jungkook bersusah payah menggerakkan tangannya untuk mengusap kepala Lalice, menenangkan gadis itu agar tangisnya segera mereda.
Lalice melepas pelukannya. Ia sedikit menjauhkan wajah, mendongak, dan menatap wajah Jungkook yang masih sedikit pucat. "Kau benar-benar masih hidup, bukan?" Lalice tahu bahwa kalimatnya barusan merupakan salah satu pertanyaan terbodoh yang terlontar dari mulutnya. Tapi ia hanya ingin memastikan bahwa presensi Jungkook yang tengah tersenyum kecil ini bukanlah sebuah mimpi.
Jungkook terkekeh. Rasanya ia ingin sekali memajukan bibir dan mengecupi wajah Lalice berulangkali karena gemas. Namun selain mengingat konsekuensi yang akan didapat, dan juga, oh, astaga, tubuhnya terasa kaku sekali. Ia bahkan harus berusaha lebih keras lagi untuk menekuk lengan dan menghapus jejak air mata diwajah Lalice dengan gerakan seperti robot. "Aku masih bisa bernapas dengan baik, kok. Tusukan dari iblis itu tidak ada apa-apanya untukku."
Lalice mencebik, setengah kesal. "Jadi tak sadarkan diri selama tiga bulan benar-benar tidak ada apa-apanya untukmu?"
Jungkook sedikit terkesiap disana. "Tiga bulan? Kukira hanya tiga hari." katanya dengan polos.
Lalice memutar bola matanya. Ia kembali memeluk Jungkook, menenggelamkan wajah pada dada bidang pemuda tersebut. "Aku tidak tahu apakah aku masih mampu bertahan hidup jika kau mati begitu saja pada saat itu." lirihnya begitu pelan, yang samar-samar masih dapat terdengar oleh Jungkook.
Dewa Ji memang menugaskan Lalice untuk menjaga Jungkook. Jadi Jungkook paham betul jika Lalice akan dihantam oleh rasa bersalah luar biasa jika nyawanya sampai melayang. Lagipula, jika memang Lalice didera oleh rasa cemas yang tak main-main, itu bukan berarti gadis itu mencintai Jungkook, bukan? Mungkin kecemasan Lalice muncul karena ia merasa memiliki tanggungjawab yang begitu besar pada pemuda bergigi kelinci tersebut.
Benar, kan? Jungkook menimbang dalam hati.
Jadi menghela napas pelan dan mengulum senyum tipis dengan sedikit guratan kekecewaan, Jungkook lantas berujar, "Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
°°
Berita mengenai pulihnya kesehatan Jungkook sudah tersebar keseluruh daratan Hallerbos. Semua rakyat ikut berbahagia. Mereka bahkan membuat sebuah festival sederhana sebagai ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur mereka atas kembalinya putra bungsu Sang Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
oh! my fairy | lizkook✔
Fanfiction[M] Kehidupan flat dari seorang Jeon Jungkook berubah drastis pada malam itu. Hal-hal gila terus bermunculan, memaksa otaknya untuk berpikir lebih keras saat kejadian-kejadian tak masuk akal mulai menghampiri dirinya. Jungkook rasa, dirinya adalah m...