🦋7

12.6K 2K 165
                                    

Sudah satu jam berlalu, dan Jungkook mengamati ada sesuatu yang berbeda dari gerak-gerik Lalice. Sedari tadi, gadis itu berjalan mendahului Jungkook dengan menghentak-hentakan kakinya ke tanah disertai bibir yang mempout lucu. Pemuda itu sudah bertanya apa yang terjadi, yang hanya dijawab dengan kalimat singkat, "Tidak apa-apa." oleh gadis itu.

Jungkook benar-benar tak mengerti. Biasanya, para gadis disekolahnya akan bersikap aneh seperti itu jika sedang kedatangan tamu bulanan, tapi Jungkook tidak tahu apakah makhluk semacam Lalice dapat mengalami masa period atau tidak.

"Hei, kau kenapa, sih?" tanya Jungkook sekali lagi. Ia berusaha menyamai langkah gadis bermata bulat itu.

Lalice mendelik, "Sudah kubilang, aku tidak apa-apa."

"Tapi kau aneh sekali."

Gadis itu mendecak malas. Masih tak melirik sedikitpun pada Jungkook. "Aku baru tahu ada pria cerewet semacam dirimu."

Jungkook menghentikan langkahnya, berkacak pinggang tak habis pikir, "Dasar gadis abnormal! Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi kau sangat aneh! Mengabaikanku, marah-marah. Kau pikir bagaimana rasanya berada diposisiku, huh?"

Mendengar omelan Jungkook yang sudah seperti ahjumma-ahjumma galak, membuat Lalice menghentikan langkahnya juga. Gadis itu berbalik, menatap Jungkook tajam dengan kedua tangan yang terlipat di dada. "Aku tidak marah." Jawabnya.

"Bohong."

"Tidak!"

"Itu nada bicaramu meninggi! Seperti sedang marah-marah!"

"Tapi aku memang tidak marah!" Lalice masih tetap menyangkalnya.

"Lalu mengapa kau mengabaikanku?"

"Aku kesal!"

Jungkook menatapnya dangan salah satu alis yang terangkat, bingung, "Wae? Apa salahku?"

Jungkook dapat melihat gadis dihadapannya ini tengah mengeraskan rahang dengan wajah yang mulai memerah padam karena menahan emosi, membuat pemuda itu menelan salivanya dengan bersusah-payah.

"MENGAPA KAU MENERIMA TAWARAN YUNA?!"

Jungkook terperanjat mendengar teriakan Lalice. "T-tawaran apa?"

Lalice menatap Jungkook dengan napas yang menggebu, seperti seekor banteng yang menemukan kain merah. "Mengapa kau menerima tawarannya untuk selalu berada disisimu?"

Jungkook mengerutkan keningnya. Sepersekian detik kemudian, sebuah seringai terukir dibibir ranumnya, yang membuat Lalice sangat menyesal, "Eiy, kau cemburu, ya?"

Lalice segera menyadari kebodohannya. Mengapa juga ia harus marah karena Jungkook menerima tawaran Yuna? Mengapa juga ia harus tidak suka pada keputusan Jungkook tersebut?

Bodoh, bodoh, bodoh.

Kalau saja bisa divisualisasikan, mungkin kepala Jungkook sudah sebesar semangka saat ini, dan Lalice amat sangat menyesali sikap dan perkataannya barusan.

Gadis itu berdehem canggung. Masih memasang wajah angkuh dan galaknya, "T-tidak. Maksudku, kau seharusnya tidak perlu menerima tawaran gadis itu, karena ia bukan Peri Penjaga, melainkan Peri Keindahan."

Jungkook mengangkat satu alisnya. Bibirnya berkedut, sekuat tenaga menahan tawa. "Lantas kenapa kalau Yuna memang Peri Keindahan? Ia sudah menawarkan dirinya untuk menjagaku juga."

"Y-ya, aku hanya memberitahumu saja. Ehm, M-maksudku—"

Ucapan Lalice terpotong tatkala merasakan tubuhnya tertarik ke dalam pelukan Jungkook. Matanya melebar dengan pipi yang semakin bersemu merah. "J-je.."

oh! my fairy | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang