Hawa panas yang dihantarkan api unggun itu menetralkan udara dingin yang kian menusuk kulit pada malam ini.
Kedua makhluk yang sedang duduk bersisian sembari menekuk lutut itu di selimuti keheningan entah sudah berapa lamanya.
Sejak insiden kematian Antares dan sesi berciuman singkat itu, Jungkook dan Lalice disergap oleh kecanggungan yang membuat mereka ragu sekalipun untuk mengeluarkan sepatah kata dari bibir.
Jungkook tidak menyangka bahwa ciuman yang hanya berlangsung selama lima belas detik itu dapat mengubah warna pada iris mata Lalice. Sekeras itu kah ketetapan Ayahnya dengan menghilangkan sedikit demi sedikit kelebihan yang telah diberikan kepada para Peri jika melakukan kesalahan?
Jungkook berdehem canggung, memecah keheningan disana sebelum bertanya pada Lalice. "Berapa lama lagi waktu perjalanan yang akan kita tempuh?"
Lalice tampak terdiam sejenak, "Mm, sekitar dua hari."
Jungkook mengangguk-anggukan kepalanya. Sebenarnya ia tak masalah sekalipun harus berjalan beberapa minggu lagi, yang terpenting bisa bersama dengan Lalice.
Karena jika mereka sudah tiba di mansion, belum tentu mereka akan sering bertemu, bukan?
Keheningan kembali melanda sejenak, sebelum Jungkook memutuskan untuk kembali berujar sembari mengusap tengkuknya, canggung, "Eung, maaf untuk ciuman tadi. Aku tidak tahu bahwa hal itu akan sangat berefek pada dirimu."
Lalice tersenyum tipis. Ia semakin memeluk lututnya untuk mengurangi udara dingin yang menyapu kulitnya, "Aku hanya tidak mengerti pada diriku sendiri. Mengapa aku bisa menerima ciuman itu? Sedangkan aku tahu resiko apa yang harus aku terima jika melanggar salah satu ketetapan Dewa." tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.
Jungkook menatap gadis itu yang kini masih mengulas senyum tipis sembari membuang pandangan pada api unggun di depan mereka.
"Jangan salahkan dirimu. Aku hanya kehilangan iris berwarna ungu, bukan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan tongkatku." ujar Lalice seolah peralihan warna yang terjadi pada irisnya bukanlah hal yang besar.
Padahal Jungkook yakin sekali kalau Lalice sangat menyukai sinaran ungu pada matanya tersebut. Pemuda itu menghembuskan napas panjang, "Aku ingin tahu, mengapa Ayahku membuat ketetapan aneh seperti itu? Padahal mencintai adalah hak setiap makhluk hidup." ujarnya tak habis pikir.
Lalice terkekeh. Memang benar apa yang dikatakan Jungkook. Mencintai adalah hak setiap mahkluk yang bernyawa. Mereka memiliki hati, dan tak ada seorangpun yang mampu mencegah terjadinya perasaan sakral tersebut. Tetapi Sang Dewa tetap memiliki alasan tersendiri dalam menentukan peraturan yang wajib ditaati oleh setiap rakyatnya. "Karena Dewa Ji tak ingin kesalahan yang sama terjadi lagi."
Kerutan pada dahi Jungkook semakin tercetak jelas, "Kesalahan?"
Lalice mengangguk, "Pernikahan Dewa Ji dengan Yang Mulia Sandara adalah sebuah kesalahan. Kau dilahirkan dengan aliran darah dan kekuatan yang luar biasa di dalam tubuhmu. Hal itu yang memicu Sang Devil untuk mengincarmu."
Oh, apakah kelahiran Jungkook adalah sebuah kesalahan? Apakah ia seberbahaya itu hingga harus diasingkan ke dunia kelahiran Sang Ibu?
"Bukankah aku sudah pernah bilang bahwa Sang Devil menginginkanmu karena di dalam tubuhmu mengalir percampuran antara darah Dewa dan Manusia? Darahmu dapat membuat Sang Devil menjadi berkali lipat lebih kuat. Dewa Ji tak ingin ada lagi perempuan yang melahirkan manusia setengah Dewa sepertimu." jelas Lalice kemudian.
Hh~ jadi begitu. Kehadiran Jungkook di dunia ini benar-benar menjadi ancaman. Jika saja makhluk yang disebut Sang Devil itu dapat menangkapnya dan menghisap darahnya hingga ke tulang, maka kehancuran akan menimpa daratan Hallerbos dan seisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
oh! my fairy | lizkook✔
Fanfic[M] Kehidupan flat dari seorang Jeon Jungkook berubah drastis pada malam itu. Hal-hal gila terus bermunculan, memaksa otaknya untuk berpikir lebih keras saat kejadian-kejadian tak masuk akal mulai menghampiri dirinya. Jungkook rasa, dirinya adalah m...