Alley tahu bahwa sahabatnya adalah seorang gadis periang. Dirinya yang pemalu dan malas berhubungan dengan teman-teman sebayanya pun, akhirnya bisa mengantungkan kehidupan sehari-harinya dengan sosok Lilya yang manis.
Hari ini, dengan cerita tentang Om Bobby dan Tante Sophie yang bertengkar, membuat wajah Lilya terlihat murung seharian. Alley bisa mengerti perasaan Lilya, karena dirinya pun seringkali merasa sedih ketika mama dan papanya sesekali bertengkar.
Alley memang tidak pernah mendengar sendiri saat mama dan papa Lilya bertengkar, namun kalau hal tersebut sampai membuat Lilya murung sepanjang hari, bisa jadi masalahnya cukup besar.Alley tidak tahu bagaimana harus menghadapi seorang gadis yang sedang murung. Karena dirinya tidak memiliki kakak perempuan, sehingga dirinya tidak bisa melihat kebiasaan kakak perempuannya ketika sedang murung. Yang Alley biasa lakukan ketika dirinya sedang bingung, atau bertengkar dengan kakak laki-lakinya adalah menghindar dan keluar halaman rumah untuk bermain. Hal Itu juga yang Alley lakukan ketika mama dan papanya bertengkar. Masalah orangtua memang seringkali membuat dirinya bingung.
Siang itu, setelah berhasil membuat Lilya bergerak dari tempat duduknya dan menantang Lilya untuk bermain sepeda, ia melihat sahabatnya kembali riang. Alley sengaja membuat Lilya menang dengan cara memelankan ayuhan sepedanya. Ia rela mengalah agar sahabatnya dapat tersenyum kembali.
"Alley, sini!" Panggil Lilya. Gadis itu duduk di kursi taman dan memarkir sepeda di dekat kursi taman itu.
"Cie, yang menang!" Goda Alley. Ia melihat Lilya tersenyum.
"Makasih ya Alley udah hibur Aya."
Sepersekian detik, Alley melihat wajah Lilya kembali murung. "Hei!" Alley sengaja menyenggol bahu Lilya, dan gadis itu kembali memberikan senyum di wajahnya dengan sangat manis.
"Alley cape, enggak?" Tanya Lilya.
Alley menggeleng. "Aya main kerumah Alley yuk. Ketemu sama mama nya Alley juga. Kan sudah lama Aya enggak datang kerumah."
"Alley punya mainan apa dirumah?" Tanya Lilya bersemangat. Alley memang jarang mengajak Lilya main kerumahnya, kecuali Alley punya mainan baru yang ingin dia pamerkan ke sahabatnya.
"Alley belum punya mainan baru sih ...,"
"Yah, terus Aya ngapain dong disana?" Lilya manyun.
"Mama Alley tadi masak buat makan siang. Masakannya pasti Aya suka deh." Pancing Alley.
"Emang tante masak apa?"
"Ada deh. Pokoknya Aya pasti suka. Jadi?"
Lilya terlihat ragu sejenak sambil menatap Alley. "Ayo!" Alley menarik tangan Lilya.
Melihat sahabatnya masih enggan, Alley kembali menantang Lilya. "Kalau sampai Aya bisa menang lagi, Aya boleh minta apa aja dari Alley." Alley mengambil sepedanya.
"Kita lomba lagi Ley?"
"Iya dong."
"Tapi beneran Alley mau kasih apa aja yang Aya minta?" Tanya Lilya dan Alley mengangguk.
"Tapi ..., "
"Apa?" Tanya Lilya. Mukanya was-was.
"kalau kali ini Aya bisa ngalahin Alley ya!" Teriak Alley sebelum ia mengayuh sepedanya kencang.
"Alley! Tungguin Aya dong!"
***
![](https://img.wattpad.com/cover/156608113-288-k278615.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet One
RomanceMasa lalu yang sempat menghilang dari ingatan Lilya, pelan-pelan mulai mencuri posisi untuk dapat kembali masuk ke dalam ingatannya. Satu per-satu, peristiwa demi peristiwa, mulai mengingatkan kembali kenapa dirinya tidak berdiri di kota kelahiranny...