Lilya
Lilya memegangi perutnya yang membuncit seketika karena makan terlalu banyak. Biasanya jarang-jarang ia makan banyak. Tetapi berhubung ia sudah lama tidak mencicipi makanan Indonesia, dirinya menjadi khilaf dan makan dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya.
Lilya menutup mulutnya ketika ia hendak bersendawa. Kebiasaan buruk kalau dirinya makan kebanyakan, ia akan bersendawa berkali-kali. Dirinya memesan ayam goreng bawang putih, pecel lele, dan rawon. Semua sudah ia habiskan dengan susah payah. Alhasil, ia hampir tidak bisa bernapas sekarang karena kekenyangan.
Lilya bisa merasakan beberapa pasang mata menatapnya heran. Dirinya tidak memiliki porsi tubuh jumbo, ia juga bukan orang yang terlihat tidak mampu yang langsung makan dengan lahap ketika makanan datang. Ia hanya rindu pada makanan khas indonesia. Mama kesulitan mencari bumbu-bumbu khas Indonesia untuk memuaskan hasrat Lilya untuk makan masakan Indonesia, di Australia.
Ini menjadi alasan utama bagi Lilya untuk kembali ke Jakarta. Alasan kedua, setelah menyelesaikan kuliahnya di Australia, ia ingin kembali menjadi warga Indonesia. Ia ingin memulai karier sebagai pelukis di kota kelahirannya. Mungkin ia akan mulai mengembangkan karya lukis yang sudah ia tekuni selama empat tahun belajar di Australia.
Kalau saja mama mengijinkan dirinya tinggal di Indonesia ...,
***
Malvin
Malvin baru hendak memanggil pelayan untuk memesan makanan ketika matanya menatap ke arah seorang gadis berambut panjang mengibaskan rambutnya dan berusaha berdiri dengan tidak sempoyongan hampir jatuh. Malvin sentak berdiri terkejut. Pak Rahmat terkejut dan melihat ke arah yang sama dengan Malvin.
"Perempuan itu mabok ya?" tanya pak Rahmat bingung. Malvin kembali duduk karena gadis itu tidak jadi jatuh.
"Saya tidak tahu, pak. Sepertinya kekenyangan, karena megangin perutnya." Jawab Malvin tidak terlalu menggubris pandangan dibelakangnya.
"Ah, biarkan saja Den. Saya sih tidak heran lagi kalau ada perempuan yang merokok atau minum bir." Kata pak Rahmat memalingkan wajahnya dari perempuan itu. Malvin juga melakukan hal yang sama. Ia kembali mengangkat tangannya untuk memesan makanan. Tetapi karena pelayan di sana terlalu sibuk, tidak ada satu pun dari mereka yang memperdulikan panggilan Malvin.
Kalau di Australia, pelayan-pelayan di sini pasti sudah di pecat! Batin Malvin kesal. Ia terpaksa berdiri dan menghampiri kasir di depan. Tetapi ia harus mengantri karena beberapa orang membayar pesanan mereka. Persis di depannya, berdiri perempuan yang sempoyongan itu. perempuan yang sama, yang kehilangan ponselnya dipesawat, siang tadi. Perempuan itu kembali menyebutkan semua pesanan yang ia makan.
"Mbak, saya tadi pesan ayam goreng bawang putih, pecel lele, dan rawon. Terus tadi saya minum teh tawar dua gelas. Berapa ya mbak smuanya?" tanya perempuan itu sambil meronggoh tasnya. Malvin terus-terusan menatap perempuan itu sampai ia selesai membayar. Setelah selesai membayar, perempuan itu langsung melangkahkan kakinya dengan girang, tidak lagi terlihat sempoyongan.
Malvin pun mengambil tempat yang sama dengan perempuan itu, dan memesan makanan untuk dirinya dan pak Rahmat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet One
RomanceMasa lalu yang sempat menghilang dari ingatan Lilya, pelan-pelan mulai mencuri posisi untuk dapat kembali masuk ke dalam ingatannya. Satu per-satu, peristiwa demi peristiwa, mulai mengingatkan kembali kenapa dirinya tidak berdiri di kota kelahiranny...