Lilya sudah hampir sampai ke lorong gajah tempat pesawat yang ia tumpangi parkir, ketika ia melihat seorang laki-laki keluar dari tempat yang sama sambil menatap Lilya.
Lilya mengabaikan tatapan itu dan kembali menuju pesawat.
"Hei!" Panggil pria itu. Siapa dia? Sok kenal. Ia mulai memikirkan hal yang aneh-aneh. Jangan-jangan pria itu mau menjahati dirinya? Lilya tetap berjalan tanpa memperdulikan panggilan itu. Namun karena ada langkah kaki yang mendekat ke arahnya, Lilya lalu mempercepat langkahnya dengan setengah berlari. Ia menghembuskan nafas lega begitu pintu keluar pesawat terlihat dan ada seorang pramugari berdiri di depan pintu itu. Pria itu pasti tidak bisa menjahati dirinya kalua ada orang bukan?
"Can I help you, Miss?"
Lilya tersenyum ke pramugari tersebut dan melongo kedalam pesawat.
"Ponsel saya, sepertinya tertinggal di sana." Lilya menunjuk kearah tempat duduknya tadi.
"What are you looking for?" tanya suara laki-laki dibelakang Lilya.
Lilya mengabaikan pria itu. "Boleh ya, saya masuk ke dalam untuk mencari ponsel saya?" Tanya Lilya sambil melangkah masuk ke dalam pesawat mengabaikan pramugari yang membuka mulut seperti hendak mengucapkan sesuatu.
Setelah mengintip berkali-kali dibawah kolong, memeriksa kantong kursi, selipan kursi dan tidak menemukan ponselnya, ia mulai cemas.
Pria yang sedari tadi mengikuti dirinya, menatapnya sambil tidak berhenti tersenyum. "Um, My phone. It's gone." kata Lilya lagi. Ia menatap pria yang masih tersenyum dengan tatapan bingung.
"Something looks funny?" Lilya cemberut. Kesal karena melihat senyum itu.
"You ..., You sit beside me, right?" Tanya Lilya lagi. Masih penasaran karena belum mendapat jawaban.
"I saw it." Kata Malvin menenangkan.
"Saw what?" Tanya Lilya, dan sedetik kemudian menepuk jidatnya.
"Ya ampun! Terima kasih Tuhan. Lalu? Oh! so? Where is it?" tanya Lilya dengan bahasa yang campur aduk.
Malvin mengambil ponsel tadi dari saku celananya lalu memberikannya pada Lilya.
"Wah! Terima kasih. You save me! Thank you so much!" kata Lilya senang. Pandangan Lilya tentang pria ini mungkin mau menjahati dirinya, lenyap seketika digantikan rasa bersyukur karena ada orang yang baik hati, mau mengembalikan ponselnya. Bisa saja kan waktu ia melihat ponsel itu, ia malah mengambilnya dan pura-pura tidak tahu?
Euphoria kesenangannya tidak berlangsung lama, karena setelah menyadari barang lebih penting apa yang sudah ia tinggalkan, Lilya langsung berlari keluar menuju tempat ia menunggu taksi tadi. Ada masalah yang lebih gawat lagi. Barang-barangnya ia tinggalkan begitu saja di luar tadi. Ya ampun Lilya! Batinnya lagi-lagi merasa bodoh. Kalau tidak cepat-cepat kembali, bisa-bisa kali ini koper besarnya yang hilang.
Senyumnya mengembang saat koper miliknya tidak bergeming di tempat tadi ia meninggalkannya. Tidak ada yang menyentuh tas nya yang besar itu, atau mungkin lebih tepatnya – malas untuk berurusan dengan koper asing tidak dikenal. And ..., Welcome home Lilya. You're here now! batin Lilya bersemangat. Dengan langkah ringan, Ia memberhentikan sebuah taksi di depannya dan menyebutkan perumahan yang akan menjadi tempat tinggalnya selama berada di Jakarta.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet One
Storie d'amoreMasa lalu yang sempat menghilang dari ingatan Lilya, pelan-pelan mulai mencuri posisi untuk dapat kembali masuk ke dalam ingatannya. Satu per-satu, peristiwa demi peristiwa, mulai mengingatkan kembali kenapa dirinya tidak berdiri di kota kelahiranny...