Sudah hampir jam dua belas malam tetapi Sophie belum juga membawa Lilya pulang. Sudah berkali-kali ia berusaha menghubungi ponsel Sophie, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa ponselnya di aktifkan.
Mau apa lagi istrinya kali ini? Setelah kemarin jelas-jelas tertangkap basah sedang berselingkuh, sekarang malah membawa pergi anaknya.
Ia teringat saat malam dimana ia melihat Sophie sedang berpelukan mesra dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal. Saat itu jalanan memang sangat sepi dan ia membawa mobilnya perlahan-lahan menelusuri jalanan sepi itu. Tak disangka ia malah melihat istrinya dari arah berlawanan sambil bergandengan tangan dengan seorang laki-laki.
Bobby tahu dari awal bahwa Sophie bukanlah wanita baik-baik. Ia hanya terlalu frustasi untuk mencari wanita baru yang dapat membantunya mengurus Lilya.
Waktu Bobby menemukan Sophie di jalanan, ia terlihat begitu takut dan sedang bersembunyi dari seseorang. Sekali, Bobby berusaha menyembunyikan Sophie, dengan cara membawa wanita itu untuk makan. Dan setelah itu, Sophie sering meminta pertolongannya, dan dengan masa lalu Sophie, Bobby merasa iba, dan akhirnya memutuskan untuk menolongnya. Memang benar, Bobby yang menawarkan bantuan untuk ikut bersama dirinya. Dirinya tahu bahwa Sophie di paksa menjadi wanita panggilan, dan telah berjanji pada dirinya, bahwa ia tidak akan pernah lagi kembali ke dunia gelap itu. Bobby lalu tertarik pada Sophie yang memiliki jiwa keibuan seperti mantan istrinya-Luna.
Luna meninggal saat melahirkan Lilya kecilnya. Saat seorang bayi kecil bernama Lilya membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu dan orangtua yang lengkap. Saat Bobby benar-benar merasa tidak sanggup sendirian menjaga Lilya, ia lalu menikahi Sophie untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Ia tidak mau Lilya diledeki teman-temannya karena tidak memiliki Ibu. Ia sangat mencintai anaknya, Lilya.
Luna... apakah aku telah salah memilih ibu untuk Lilya, anak kita? Batin Bobby sedih. Ia tersadar dari lamunannya. Ia mondar-mandir tidak tentu arah, dan mulai kehilangan kesabaran. Kalau ada apa-apa dengan anaknya, jangan harap Bobby mau memaafkan Sophie. Lilya adalah segalanya bagi Bobby. Perempuan itu tidak seharusnya sembarangan membawa anaknya pergi. Tidak! Batinnya marah. Jangan – jangan, Lilya malah di bawa ketempat yang tidak benar? Apa yang akan terjadi pada anaknya kalau Lilya sampai di bawa ketempat seperti itu?
"Hah!" bobby mendesah kasar. Hatinya tidak tenang. Anaknya menghilang bersama perempuan itu. Kalau tahu, dari dulu ia tidak perlu menikahi Sophie. Benar-benar tidak tahu diri!
Bobby lalu melihat Bi Inah beranjak ke dapur, namun tidak menoleh dan menyapa dirinya.
"Bi Inah," panggil Bobby.
"Ya, Pak." Bi Inah menjawab takut-takut.
"Kok belum tidur?"
"Maaf Pak, Daritadi saya melihat Bapak gelisah sekali. Ada apa, Pak?"
"Oh, Saya lagi menunggu Lilya dan Sophie pulang ke rumah. Apa tadi siang mereka bilang mau kemana, Bi?"
"Loh? Bukannya sudah mendapat kabar dari Ibu Sophie tadi siang?"
"Kabar? Kabar apa? Sophie tidak menghubungi saya sama sekali, Bi." Kata Bobby. Ia bertambah gelisah.
"Ibu Sophie sudah berangkat dari tadi siang, Pak. Katanya sudah bilang dan minta ijin sama tuan untuk bawa non Lilya pergi. Jadi saya di beritahu, tidak perlu laporan lagi sama Bapak."
"Mereka bilang mau pergi kemana, Bi?"
"Katanya sih mau jalan-jalan, Pak. Saya malah di suruh beres-beres baju non Lilya."
"Baju?" tanya Bobby bingung.
"Iya Pak. Ibu Sophie juga membawa beberapa koper." Kata bi Inah menjelaskan. Amarah Bobby meningkat. Ia merasa sangat marah karena tertipu oleh Sophie. Cepat-cepat ia lari ke kamarnya, mencari sisa pakaian Sophie yang tertinggal.
Nihil! Sophie tidak meninggalkan sedikitpun pakaiannya di lemari. Ia membawa pergi semua pakaiannya. Semuanya! Kenapa ia tidak memikirkan hal itu? Ia pasti telah membuat Sophie sakit hati sampai nekat mambawa lari anaknya.
"Pak," panggil Bi Inah takut.
"Mereka pergi jam berapa, Bi?" tanya Bobby tidak sabar.
"Tadi siang, Pak sekitar jam satu-an."
"Sophie tidak bilang apa-apa?"
"Tidak ada, Pak. Tetapi beliau memberikan saya ini." kata Bi Inah sambil mengeluarkan lembaran uang seratus ribuan.
"Kita lapor polisi." Kata Bobby frustasi.
"Polisi, Pak? Tetapi Ibu Sophie bilang, beliau membawa non Lilya pergi jalan-jalan."
"Dia menipu Bibi! Dia menipu saya. Dia menipu kita semua!" teriak Bobby marah. Ia membanting pintu lemari di depannya.
"Kita harus lapor polisi, Bi. Secepatnya." Kata Bobby sambil beranjak keluar rumah.
***
Mas Bobby,
Maafkan saya harus pergi dengan cara seperti ini mas. Maafkan saya, kalau pada akhirnya, saya memilih berpisah dengan mas dengan cara membawa Lilya. Mas tidak perlu khawatir pada keaadaan Lilya, Ia akan baik-baik saja. Saya berjanji akan tetap menjaga dan merawat Lilya, karena saya sangat mencintainya. Saya menyayangi Lilya seperti anak sendiri, mas. Dan Mas perlu tahu itu. Walaupun mas Bobby tidak mencintai saya, walaupun mas tidak pernah menganggap saya sebagai seorang istri yang baik, saya akan tetap menjaga dan merawat lilya, Mas.
Mas Bobby, saya berpikir untuk tidak kembali dalam jangka waktu panjang. Jangan mencari saya, Mas. Saya ingin mengubah seluruh hidup saya. Dan akan menjadi Sophie yang berbeda, karena saya lelah, mas. Saya lelah hidup dalam kesakitan. Saya lelah karena mas selalu saja mengungkit masa lalu itu. Saya ingin melupakannya karena saya membenci masa lalau saya. Dan saya sudah berjanji kepada Mas Bobby, bahwa saya tidak akan pernah terjerumus lagi di dalam dunia gelap itu, selamanya.
Satu hal yang harus mas Bobby ketahui, saya akan menjadi ibu yang baik untuk Lilya. Saya akan menggantikan mbak Luna sebagai ibu, dan menjaga Lilya, anak saya.
Terima kasih untuk semuanya mas. Saya banyak berhutang budi kepada mas.
Cium perpisahan,
Sophie
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet One
RomanceMasa lalu yang sempat menghilang dari ingatan Lilya, pelan-pelan mulai mencuri posisi untuk dapat kembali masuk ke dalam ingatannya. Satu per-satu, peristiwa demi peristiwa, mulai mengingatkan kembali kenapa dirinya tidak berdiri di kota kelahiranny...