Sophie sudah membereskan pakaiannya, meninggalkan barang-barang yang tidak perlu dan memasukkannya kedalam koper. Sebelum turun untuk memasukkan kopernya ke dalam mobil, ia memanggil Lilya.
"Bi, tolong Lilya digantikan baju bepergian ya. Saya mau mengajak Lilya jalan-jalan. Dan siapkan juga pakaian Lilya dalam koper." Perintah Sophie. Hari ini dirinya benar-benar merasa sangat tenang.
Sayup-sayup Sophie mendengar Bi Inah membuka kamar Lilya, dan mengatakan bahwa sang mama memanggil dirinya.
"Lilya!" Panggil Sophie lagi dari arah ruang tamu.
Lilya menyerngit bingung menatap Sophie. Ia tahu, anaknya pasti bingung melihat mamanya meletakkan dua koper besar di ruang tamu.
"Mama," kata Lilya sambil memeluk kaki mamanya.
"Ayo kita pergi, Nak." ajak Sophie.
"Kita mau kemana, Ma?" tanya Lilya. Ia sudah memakai baju berpergian karena tadi bi Inah yang memakaikan baju untuknya.
"Jalan-jalan ketempat yang jauh. Lilya mau kan ikut mama?"
"Mau! Tapi Lilya mau tunggu papa. Boleh, Ma?" tanya Lilya senang. Ia senang karena mama akan membawanya pergi jalan-jalan.
"Papa tidak ikut. Cuma Lilya sama mama saja."
"Oh? Nanti papa menyusul ya?" tanya Lilya lagi. Tapi mamanya tidak menghiraukan pertanyaannya.
"Bi Inah!" panggil Sophie. Bi Inah, pembantu berusia enam puluh tahunan itu menghampiri majikannya.
"Iya, Bu?"
"Barang Lilya sudah beres semua?"
"Sudah semua, Bu."
"Baju tidur, baju jalan-jalan? Semuanya tidak ada yang tersisa?"
"Semuanya sudah beres, Bu. Sudah saya turunkan juga ke bawah kopernya."
"Baik kalau begitu. Jadi kita sudah bisa berangkat sekarang, Sayang." Kata Sophie. Lilya hanya mengangguk senang mendengar perkataan mamanya.
"Sebenarnya, Ibu dan non Lilya mau pergi kemana, toh?" tanya Bi Inah bingung.
"Saya mau jalan-jalan sama Lilya. Saya sudah bilang sama Bapak. Jadi bibi tidak perlu menginfokan apa-apa lagi ke beliau." Kata Sophie sambil menggendong Lilya.
"Baik, Bu."
"Satu lagi. Jaga rumah baik-baik selama saya dan Lilya tidak dirumah. Juga saya minta Bi Inah untuk menjaga pak Bobby. Jangan sampai beliau sakit atau sampai telat makan."
"Pasti, Bu." Kata Bi Inah sambil membantu Sophie mengangkat dua koper besarnya ke dalam mobil. Sophie tidak menggunakan sopir hari itu, katanya biar ia sendiri yang membawa mobil. Ia memang sudah biasa mengendarai mobil sendiri tanpa sopir.
Sebelum berangkat, Sophie memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada Bi Inah. Bi Inah yang tidak mengerti mengapa nyonya besarnya memberikan uang kepadanya, hanya menerima uang itu sambil tersenyum gembira.
"Terima kasih, Bu. Hati-hati di jalan."
"Saya berangkat sekarang, Bi." kata Sophie.
Sophie menatap ke arah rumahnya. Rumah yang ia tinggali dengan Bobby beberapa tahun lamanya, kini ia harus meninggalkan rumah itu. Keputusannya sudah bulat saat ini. Tidak ada yang boleh lagi menghalanginya. Dan ia membawa Lilya. Anak yang ia sayangi dengan hati nuraninya, dan juga yang dicintai Bobby. Sophie tahu, dengan Lilya berada bersamanya, kehidupan Lilya akan menjadi lebih baik. Lilya butuh sosok Ibu, dan ia bisa memberikan itu kepada Lilya.
Sophie merasa tangannya disentuh hangat oleh Lilya. Ia menatap anak itu, memberikan senyumnya, dan menstarter mobil itu meninggalkan rumah suaminya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet One
Roman d'amourMasa lalu yang sempat menghilang dari ingatan Lilya, pelan-pelan mulai mencuri posisi untuk dapat kembali masuk ke dalam ingatannya. Satu per-satu, peristiwa demi peristiwa, mulai mengingatkan kembali kenapa dirinya tidak berdiri di kota kelahiranny...