4) Teh Asin

3.8K 166 4
                                    

Aletha menatap cincin berlian mahalnya itu tak jemu-jemu. Sedari bangun pagi tadi ia terus menatap cincin itu.

Sehari sesudah lamaran, Aletha merasa lega. Dia sudah menuruti permintaan orang tuanya.

"ALETHA!" teriak Sari dari dapur.

Aletha memutar bola matanya jengah. Dia malas sekali keluar kamar hari ini, rasanya dia ingin tidur aja seharian. Karena pikirannya capek memikirkan calon suaminya yang menyebalkan itu.

"IYA BU." sahutnya dari dalam kamar. Ia mengacak-acak rambutnya lalu menurunkan kakinya dari tempat tidur.

"Malas banget gua!" Gumamnya.

Ia berjalan perlahan menuju luar kamar dengan perasaan malas yang menggerogoti dirinya.

Hari Rabu sangat membosankan. Dia belum mendaftar ke Universitas yang ia mau, dia masih pengangguran tidak ada aktivitas selain membantu ibunya di Rumah.

Huh! Membosankan!

Sekarang Aletha sudah berada di dapur, ia memandang ibunya yang asyik mengupas bawang sampai matanya berair.

"Bu, aku tidur lagi ya, masih ngantuk." Aletha menguap, rambutnya berantakan dan wajahnya kusam sekali.

Ibunya menoleh ke arahnya dengan tatapan sadis ala emak-emak. "Kamu ini, anak gadis jam segini masih ngantuk? Ini udah jam 8 pagi."

Aletha mendengus kesal. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya dan merapikan rambutnya.

Setelah selesai, ia membantu ibunya mencuci piring.

Tok tok tok!

Seseorang mengetuk pintu rumah Aletha.

Ibunya yang mendengar ketukan itu langsung menyuruh Aletha membukakan pintu.

"Buka pintunya Aletha." pinta Sari.

Aletha mengangguk lalu mencuci tangannya. Ia segera membuka pintu untuk menyambut tamu yang datang pagi-pagi.

"Siapa?" ujarnya sembari membuka pintu.

Dan... Yah! Siapa lagi, itu adalah Zayn yang datang dengan wajah datarnya.

'Pagi-pagi udah liat beruang kutub! Makin dingin deh suasana!' umpatnya dalam hati.

Aletha melirik Zayn tidak suka. "Masih pagi udah datang, lu gadak kerjaan apa?"

Zayn tidak menjawab ia mendorong pelan tubuh Aletha lalu berjalan santai menuju dapur. Ia tahu Sari pasti di dapur. Dari pada ia meladeni singa betina itu, lebih baik ia mengobrol dengan Sari, calon mertuanya.

"Pagi ibu!" sapanya. Ia membiasakan diri untuk memanggil ibu kepada Sari.

Sari langsung tersenyum manis, ia mencuci tangannya lalu menghampiri Zayn.

Aletha yang tadi dikacangin Zayn hanya mengutuk Zayn dengan kata-kata konyolnya, tanpa didengar oleh Zayn sedikit pun.

"Aletha, buatkan teh untuk Zayn." pinta ibunya yang membawa Zayn ke ruang tamu. "Ayo duduk Zayn." katanya mempersilahkan.

Aletha membuatkan teh untuk Zayn. Namun, bukan Aletha namanya jika tidak membuat ulah atau membuat kehebohan. Dia mencampurkan garam ke dalam teh Zayn.

"Rasain lu!" ujarnya sambil mengaduk tehnya.

Ia membawakan teh hangat itu dengan penuh sopan santun dan dihiasi senyuman fakenya.

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang