Ada kalanya kepala ini dipenuhi sosok bayangmu. Yang seolah menari indah membuatku tak sadar menyunggingkan senyum. Tapi, aku pun tau satu hal. Ada hal-hal yang tak bisa kita terus paksakan. Salah satunya, tentang kita yang ingin bersama menjalin kisah, tapi situasi sudah berbeda.
Dengan berat hati, aku diharuskan untuk membuat pelajaran bagi diriku sendiri. Pelajaran yang kuyakini, takkan pernah semudah itu akan kulalui. Belajar untuk melupakanmu.
Proses itu sudah kumulai sejak beberapa waktu lalu. Proses dimana aku harus menolak untuk pulang bersama. Proses dimana aku harus menolak sebuah ajakan jalan bersama. Proses dimana aku bahkan harus menolak pesan darimu.
Aku tak pernah semudah itu dalam melepaskan. Tapi rasa sakit itu kian menusuk. Kamu seenaknya dapat berbicara tanpa pernah memutuskan untuk berpikir. Apakah aku terluka atau tidak?
Sumpah, aku yakin sekali. Proses ini takkan pernah bisa menjadi sebuah persoalan enteng bagiku. Sedangkan kita selalu berada di ruang dan lingkup yang serupa. Aku selalu menemui tatapanmu yang terkadang rindu. Aku selalu menjumpai senyumanmu yang terkadang sendu.
Aku tak mampu, yang ada hanya membuatku mati-matian menahan rasa ingin memelukmu.
Namun, meskipun begitu, aku harus tetap pada pendirianku. Dimana aku harus belajar untuk tetap mengikhlaskan, menolak ajakan kencan atau pesan-pesanmu. Percayalah, disaat kamu mengatakan kata rindu dengan disertai ungkapan sedih, akupun ikut pilu.
Proses ini sangatlah sulit untuk kulewati. Pelajaran ini sangatlah rumit untuk kumengerti. Bahkan aku hampir gila karena menyimpan sedih, sakit, dan rindu bersamaan.
Aku harap, aku bisa membuang jauh-jauh harapan besarku padamu. Harapan besar agar kamu tak lagi berbicara seenaknya yang dapat mengoyak hati. Harapan besar agar kamu tak lagi menyudutkan aku hingga aku menahan rasa depresi.
Jika ada yang mengatakan berpisah itu mudah, aku akan menjadi orang terdepan yang menentang ungkapan tersebut. Seluruh cakrawala pun begitu, berpisah itu takkan pernah menjadi mudah. Jikapun ada yang mengatakan dengan lantang, aku harap sesuai dugaanku, bahwa itu hanyalah kebohongan besar.
Walaupun segelintir dari batinku tak rela, aku tetap harus tegas. Aku tak ingin rasa sayangku mengalahkan logikaku yang terus-terusan tersiksa. Walaupun nantinya aku gagal melupakanmu, aku hanya dapat berharap, semoga angan tentang kita yang dapat bersatu kembali itu cepat-cepat lenyap dari benakku.
Jikapun proses ini tak berhasil, semoga aku dapat menjalankan tugas terberat yang memang harus.
Yaitu, mencintaimu dalam diamku.
