Memaksaku bukanlah sesuatu yang sangat fatal. Tapi memaksaku, adalah salah satu dari sekian banyak alasan untuk meninggalkan yang kutemui.
Entah memang kau memaksa, atau tidak. Tapi terkait dengan hati yang sudah antah berantah ini, kamu jangan semakin merusaknya.
Aku tak pernah semeratap ini. Baru denganmu, kisah yang kupikir berakhir baik-baik saja, tapi berlanjut dengan rasa sesak. Baru denganmu, aku tak bisa memilih untuk pergi ataupun bertahan. Bahkan aku tak punya pilihan saat denganmu.
Mengapa semua jadi begitu sulit?
Aku tak pernah mengekang semua kesibukanmu. Aku selalu ingin memaklumi sifat kamu yang selalu keras. Aku selalu ingin tolerasi dengan keposesifan kamu. Tapi, apa wajar bila sebagian perasaanku sudah berpindah, dan aku tetap diam?
Sejujurnya... aku tak pernah berniat menyakitimu. Walaupun ada orang yang mengatakan tak ada perpisahan yang berakhir baik-baik saja, aku ingin sekali menjadi orang yang bisa mencetuskan hal itu. Agar kita tetap saling menjalin hubungan tanpa suatu ikatan.
Aku tak pernah tau maksudmu apa. Yang ku tahu, kamu tak pernah berniat memaksaku yang pastinya. Tapi, saat ini kita sudah selesai. Aku berhak memilih jalan bahagia.
Perihal kamu yang tak pernah bisa kucoba untuk robohkan. Aku salut dengan kegigihan kamu untuk mencari banyak cara bertahan. Tapi disini, aku sudah mundur. Tak punya niatan lagi untuk saling menjumpai titik kita bertemu. Sekalipun aku sangat ingin, aku tak mampu.
Memang kamu yang terbaik. Tapi segala sesalmu sudah tak ada gunanya. Aku sudah berpikir matang untuk tak mempunyai ikatan. Meskipun rasa sayang itu masih nyata, aku ingin tanpa memilikimu pun aku masih bisa bahagia. Aku ingin tanpa memilikimu pun aku masih bisa mencinta.
Jangan patahkan semangatku untuk bergerak meraih bahagia. Sekalipun aku ingin menjauh, aku tetap tau, disisimu tempat ternyamanku. Walaupun aku ingin menyudahi, aku selalu berdoa, semoga semesta punya rencana terbaik untuk kita berdua. Semoga semesta dapat mendengar doa-doa yang kau terbangkan menuju langit.
Meskipun keputusan ini sangat berat, tapi sudah mutlak. Kita sudah selesai.
Sekarang, aku ingin selesai. Jikapun memang kamu yang terbaik dan kamu takdirku, apapun skenarionya, kamu akan datang nanti. Kamu akan datang membuktikan bahwa Tuhan baik, mengabulkan segala doa agar kita dipertemukan kembali. Agar kita menemukan cara untuk bersama lagi.
Jangan pernah memaksaku untuk tetap disisimu terus-terusan. Sama halnya denganmu, aku juga butuh kamu...
Tapi setiap orang punya hak untuk belajar, belajar mengenai hancurnya hati, dan pupusnya harapan. Keputusanku, sudah mutlak. Jangan ganggu gugat lagi, kamu tetap yang paling terindah sejauh ini.
Namun, jangan memberantakan lagi susunan hati yang sudah tak tertata.
Aku sudah hancur, aku butuh banyak waktu untuk memperbaikinya lagi.
Jangan sedih. Walaupun kata-kata ini menyedihkan, aku selalu berdoa, nantinya yang terbaik akan berpihak padamu.
Kita sudah selesai.
Aku yakin, kamupun punya pilihan dan jalan masing-masing untuk temukan tawa yang jauh lebih manis lagi.