Begitu sempat aku melihat senyummu, dan nyatanya waktu berpihak padaku tak berlama-lama. Waktu memberiku kesempatan merasakan indahnya kamu sebelum kita kembali jauh. Aku dibuat tenggelam pada semua delusi yang kuciptakan dalam hening. Lara ini... membuat aku kuat-kuatan mencari pegangan agar tak roboh kembali.
Mungkin, memang kamu lebih baik sekarang. Lebih cemerlang saat bersama dirinya dan mau tak mau, aku harus relakanmu kembali kan? Sedari dulu, memang kamu mirip dengan senja. Yang kadang berdialog denganku. Yang kadang hanya sempat menampilkan rupamu, lalu perlahan lenyap tanpa jejak. Terima kasih, Senjaku. Kamu memang berbakat dalam melukai.
Jemariku tak mampu mendamba kamu, tak mampu menahan kamu agar tak kemana-mana. Tak mampu membuatmu kembali hadir, temani aku yang akrab dengan sunyi. Kamu tak lagi ingin melihatku, bahkan kamu tak pernah tau, sikapmu seakan bermakna, aku harus mundur, aku harus jatuh, kita harus jauh.
Wahai bulan yang muncul dikala senjaku usai..
Jika kau memiliki senjang waktu, katakan padanya. Tak perlu susah payah memikirkanku. Tak perlu sengaja mencari celah agar aku tau kau lebih bergelora sekarang. Aku tau, kau menang.
Ilusi itu hanya membuatku semakin diperangi. Walau aku tenggelam dalam kefanaan, aku tetap harus mencari cara bagaimana cara membunuh pilu ini tanpa membuat diriku ngilu.
Andai saja, kamu mau bertahan untukku lebih lama. Tak perlu berhenti melindungiku. Bantu aku melawan apa yang harusnya kita berantas bersama. Mungkin aku tak akan terluka sedalam ini.
Kau tetap harus lihat, bagaimana duka hatiku. Bagaimana isi hatiku yang hampa tanpa senyumanmu. Lagi-lagi aku terjebak, tak tau arah keluar, hanya ditemani hujan air mata tanda perpisahan.
Rasa dan bahasa ku tak lagi cukup menjelaskan. Yang jelas-jelas disini, aku masih setia bertahan dalam pedih. Masih tegak melawan rindu, meskipun aku tau kata-kata yang ku ucapkan tak pernah bisa membawaku keluar dari perasaan ter-serba salah ini.
Aku rindu...
Aku rindu kata-katamu yang kadang tak jelas hanya karna ingin membuatku terhibur. Sangat rindu pula dengan tatapan teduh dan senyuman hangatmu. Aku tau, kamu takkan mengulangi masa-masa itu.
Sesalku, sudah memupuk di ujung tanduk. Tenanglah, tak perlu repot menunjukkan kamu lebih bahagia dengan pihak lain. Memang ada kalanya yang patah berganti.. yang hilang berganti, lantas luka ini terobati lalu pulih.
Tenang saja.
Aku tau caranya mundur.
Semoga hari ini menjadi hari terakhir aku tenggelam dalam fana yang tak berdasar.