9 - GESER JALANNYA SEMPIT

527 27 7
                                    

"Em, udah siap belum!" teriak Jade dari halaman depan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Em, udah siap belum!" teriak Jade dari halaman depan rumah.

Emerald muncul di hadapan Jade dengan nafas tersengal-sengal. Tas ransel masih ditenteng, sepatu tidak terpasang dengan benar, bagian belakangnya diinjak. Rambut acak-acakan seperti habis diterpa puting beliung.

"Em," sepasang alis Jade bertaut heran. "Ini beneran lo mau sekolah atau ngegembel?"

"Menurut situ. Lagian ini semua salah kak Jade," Emerald duduk di anak tangga sambil memasang sepatunya dengan wajah bertekuk kesal.

"Kok salah gue?"

Emerald mendekati spion motor Jade, memperbaiki tatanan rambut dengan seadanya, "diburu-buruin terus."

Jade menghela nafas, "gue belum ngeprint tugas, jam sembilan harus di kumpul."

"Print rumah kenapa?"

"Tintanya habis. Pas gue isi pake cinta yang keluar malah sarangek."

Emerald tertawa, "dasar jomblo ngenes."

"Sesama jomblo nggak usah saling menyakiti."

"Memangnya lo tersakiti kak?" Emerald memicingkan mata.

"Nggak juga sih. Lagian jomblo itu pilihan—"

"Pilihan orangtua," potong Emerald tertawa kecil meratapi nasibnya sama seperti Jade.

"Masuk sisiran sana!" perintah Jade setelah jeda beberapa saat.

"Nggak usah," Emerald teguh pendirian membuat Jade hanya mampu menghela nafas. Jade menunggangi moge kesayangannya yang warna silver bercorak hijau yang diberi nama Jamileh.

"Rambut gue yang acak-acakan kok lo yang khawatir sih. Gemes deh, pengen gue cemplungin ke sawah," Emerald mencubit pipi Jade sebelum menaiki motor. Jade memutar bola mata malas lalu mengatur spion yang sudah dirubah Emerald. Hari ini mereka naik motor karena mobilnya ada di bengkel sedang dimodifikasi. Biasalah anak muda yang selalu mencintai perubahan.

"Helm Em. Kalau polisi tilang kita, gue nyerahin lo sebagai jaminan."

Emerald memanyunkan bibirnya, "jahat banget. Belum pernah merasa kehilangan adek semanis gue kan lo kak."

Jade memutar bola mata malas, "begini nih kenapa cewek rentan kena diabetes. Selalu merasa paling manis."

Emerald menepuk bahu Jade dengan sebal. Gadis itu turun dari motor mengambil helm yang tergeletak nahas di atas lantai teras. Gadis itu memakainya, bibirnya mencebik kesal karena pengait helm tidak kunjung bersatu. Sama seperti cintanya bersama Carmine. Jade sampai turun tangan untuk memakaikan pengait helm Emerald sebelum mereka benar-benar terlambat hanya karena masalah sekecil itu.

PANGERAN ESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang