16 - LAIN KALI COBA SAMA GUE

446 27 6
                                    

Emerald menggeliat kecil di atas kasur saat ponselnya berbunyi di atas nakas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emerald menggeliat kecil di atas kasur saat ponselnya berbunyi di atas nakas. Nyawanya masih terkumpul separuh, mata sedikit melek karena silau sinar matahari yang menerobos lewat celah gorden yang tidak tertutup sempurna. Gadis berpiyama kartu kucing kesukaannya itu meraba-raba atas nakasnya. Saat menemukan ponsel gadis itu berusaha duduk meski tubuh oleng butuh sandaran.

"Halo, kenapa Scar?" jawab Emerald dengan suara parau khas bangun tidur

"Pake nanya si goblok. Lo dimana sekarang, udah jam delapan nih," omel Scarlet galak. Dia itu memang titisan Mak Lampir.

Emerald menguap lebar, "emangnya kenapa?"

"Emerald! lo masih tidur? lo nggak ingat kalau sekarang kita disuruh upacara tujuh belasan!"

Pekikan suara dibalik telepon seperti toa membuat Emerald menjauhkan ponselnya. Lama-lama bisa budeg telinganya.

"Gue inget," ucap Emerald santai.

"Ya terus kenapa lo nggak kesini dodol. Cuma lo yang belum nongol."

"Cakep banget pantun lo. Ahh gue malas Scar," pungkas Emerald.

"Besok lo mau dihukum?"

"Biarin, gue mau bobok."

"Bacot anjir. Sini lo, mandi sekarang! jangan banyak alasan."

"Scar, gue nggak mau jangan maksa," balas Emerald bersikukuh.

"Lo nggak mau liat Pangeran Es lo? Ganteng banget tapi boong."

Badan Emerald tegak mendengar nama itu. Seketika sinar matanya cerah dan bersemangat. Rasa kantuk langsung menghilang.

"Carmine datang?" tanya Emerald antusias.

"Giliran es batu aja lo semangat," terdengar decakan Scarlet.

Emerald terkikik, "ya kan dia sumber semangat."

"Iya iya, buruan kesini. Lima menit."

"Buset lo pikir gue terbang."

"Serah lo deh, mau ngesot, jungkir balik gue nggak peduli Emerald Penumbara!"

Scarlet mematikan sambungan telepon secara sepihak. Sepertinya kesal tingkat dewa.

Emerald buru-buru menyingkap selimut dan bergegas mengambil handuk yang terlipat rapi di dalam lemari. Gadis itu mencepol asal rambutnya lalu berlari ke kamar mandi.

PANGERAN ESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang