Bab VI ✅

1.1K 39 0
                                    

Kampung Yahida
07 September 2017

(Najwa's POV)

*Bruk*

Kakiku tak sengaja menendang buku yang ada di atas kasur. Aku memandangi judul bukunya.

"Cara membuka mata batin??" Aku terkejut bukan main.

Ternyata Najmi memang benar benar ingin bisa melihatku?? Apakah ini yang dinamakan ikatan saudara??

Aku membolak-balikkan buku, membacanya sedikit sedikit. Isinya hanya omongan palsu belaka. Mana ada cara membuka mata batin dengan cara sedemikian mudahnya.

Najmi memang aneh, harusnya dia meminta tolong pada kak Arif yang memang benar benar bisa. Bukannya percaya pada buku Abal Abal seperti ini.

Aku meletakkan kembali buku ke tempatnya. Aku harus menemui kak Arif dan mengatakan bahwa Najmi masih memiliki keinginan untuk melihatku. Aku harus memintanya membuat Najmi melihatku.

Aku tersenyum bahagia membayangkan aku dan Najmi bisa berinteraksi layaknya adek kakak.

Aku mencari kak Arif ke penjuru rumah, mencarinya di kandang kambing, ke masjid, sampai ke hutan kampung tempat dia biasanya mencari rumput.

"Kak Arif!!" Aku memekik girang saat melihatnya tengah menyabit rumput sambil sesekali bersenandung kecil.

Sang pemilik nama hanya menolehku sekilas lalu kembali melakukan pekerjaannya.

"Kak Arif!!" Aku memanggilnya dengan lembut, berharap dia menganggap kehadiranku.

"Hmm." Dia berdeham pelan.

"Aku ada berita bagus."

"Apa??" Tanyanya sambil terus menyabit.

"Aku tadi ke kamar Najmi, aku lihat dia abis baca buku cara membuka mata batin."

"Terus gimana?? Dia berhasil??"

"Gimana mau berhasil kak?? La wong bukunya aja Abal Abal. Tata caranya gak ada yang bener, mulai dari cara membuka mata batin, cara telepati, cara teleportasi, cara menghentikan sesuatu. Semuanya serba asal asalan." Aku berbicara sambil sedikit tertawa.

"Ya terus?? Apa dong berita bagusnya??"

"Ya berarti dia masih ada keinginan buat buka mata batinnya, sekarang berarti kak Arif tinggal deketin Najmi lalu nawarin dia buat dibuka mata batinnya, abis itu masalah selesai." Aku tersenyum di ujung kalimat, merasa bahwa masalahku telah terselesaikan.

"Enak banget kamu ngomong,, dikira deketin Najmi segampang deketin kucing. Kamu lupa kalau dibelakang Najmi ada 3 ekor singa jantan dan 1 ekor singa dewasa. Kamu kan tau gimana galaknya mas sama bapakmu."

"Yaaahh,, jangan ngomong gitu dong kak. Hatiku patah nih dengernya." Aku bergumam pelan, sedikit tersayat dengan kata katanya.

"Gimana kalau kamu coba buka mata batin adikmu sendiri??"

"Gimana caranya??"

"Ya coba aja buka mata batin Najmi saat dia lagi baca buku itu, jadi dia bakalan ngerasa semua itu berkat buku itu, jadi dia gak akan kaget saat ngelihat kamu."

Aku tersenyum lebar, seakan mendapatkan matahari disaat jemuranku berhari hari tergantung tanpa pemanasan.

"Nah gitu dong senyum, kan manis." Ucap kak Arif sambil tersenyum melihatku.

"Makasih kak, aku pergi dulu ya. Hati hati ketemu hantu ya kak!! Assalamualaikum." Ucapku sambil terbang menjauh.

Aku jadi tak sabar untuk memulai rencana baruku ini. Sebentar lagi aku dan Najmi akan bersama, seperti adik kakak yang terpisah lama.

Aku menunggunya di dalam kamar, 5 menit, 10 menit dia tak kunjung Sampai. Pikiranku mulai kalut. Aku harus mencoba menyusulnya, aku takut dia kenapa napa dijalan.

Aku mencoba kekuatan teleportasi ku, berharap lebih cepat tiba dan menyelamatkan Najmi.

Aku menghela nafas lega saat melihat Najmi masih duduk diatas motor. Didekatnya ada seorang pria dewasa yang berpakaian layaknya guru. Mungkin itu guru Najmi, Aku mencoba mendekati mereka, penasaran dengan apa yang dibicarakan.

"Oh jadi sekarang kamu gak ngapa-ngapain di rumah??" Tanya pak guru.

Najmi hanya mengangguk,nampak tak nyaman dengan lawan bicaranya.

"Gak pingin kerja??"

Najmi langsung menggeleng, "gak boleh sama bapak pak." Ucapnya beralasan. Padahal aku tau dia sangat ingin bekerja, sehingga bisa menunjukkan bahwa dia bukan beban keluarga. Tapi kenapa dia malah menolak tawaran pak guru itu??

"Kalau Deket boleh mungkin." Pak guru berusaha bernegosiasi dengan Najmi. Aku ikut menyemangati Najmi agar mau menerima tawaran itu.

Tapi najmi malah menggaruk tengkuknya, seakan bingung harus menjawab apa.

"Emm,,, gak tau pak. Nanti saya tanya bapak saya dulu." Ucap Najmi sambil memundurkan motornya.

"Saya pamit dulu ya pak. Assalamualaikum." Ucap Najmi sambil menghidupkan mesin motornya. Kenapa Najmi gak suka ngobrol sama gurunya??

"Bentar dulu Najmi, bapak minta nomor kamu. Biar gampang ngehubunginnya."

Najmi sedikit terkejut dengan permintaan sang guru. Seperti ketakutan. Sebenernya siapa guru ini?? Kenapa Najmi sampai seperti ini??

"Maaf pak gak hafal nomornya, lagi gak bawa hp juga. Maaf ya pak saya pamit dulu, nanti dicariin ibu. Assalamualaikum." Ucap Najmi sambil melajukan sepeda motornya.

Aku bergidik ngeri saat pak guru ini tersenyum memandangi Najmi sambil menggosokkan tangannya ke arah area terlarangnya.

"Astaghfirullah Al adzim."  Aku beristighfar dan langsung pergi meninggalkan guru mesum itu. Pantas saja Najmi takut,, aku yang hanya arwah saja takut melihatnya.

Aku lekas menyusul Najmi dan duduk diboncengannya. Senangnya naik motor berdua dengan adikku. Terkadang aku ingin gantian memboncengnya, tapi aku tak mau dia ketakutan karena menaiki motor yang disetir arwah.

Aku menikmati semilir angin, rasanya segar sekali. Seperti mendapatkan kehidupan baru.
Aku memeluk pinggang adikku, takut terbang terbawa angin.

Aku tersenyum lebar, tunggu sebentar dek. Kita bakalan berjumpa dan saling cerita sebentar lagi.

🇧 🇦 🇸 🇹 🇦 🇷 🇮 🇱 
🇯 🇦 🇷 🇮 🇲 🇦 🇹 🇮 
ℕ𝕒𝕛𝕞𝕚'𝕤 𝕊𝕥𝕠𝕣𝕪 𝕀

Bastaril Jarimati (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang