Bab XXIII ✅

11 3 0
                                    

Villa Keluarga Hamadi
25 September 2017

(Najmi's POV)

Aku menghidupkan lampu,, karena hujan diluar benar benar deras dan gelap tak lupa tambahan angin kencang yang membuat suasana makin menyeramkan. Tapi untungnya tidak ada petir maupun kilat.

Aku duduk di lantai, kebetulan rumah ini memang dibuat lesehan karena ruang yang tidak terlalu besar. Semua doa yang kubisa terus kurapalkan. mengharapkan lindungan Allah dari mahkluk bernama pak Jamal ini.

"Najmi takut hujan??" Tanya pak Jamal dengan suara lembut. Membuat bulu kuduk berdiri. Benar benar menyeramkan.

"Nggak pak." Ucapku sambil menepis semua rasa takutku. Aku gak boleh takut, setan bakalan lebih kuat kalau kita merasa takut.

Aku kembali belajar. Pak Jamal kembali mendekat.

"Dingin ya." Ujarnya sambil merapatkan tubuhnya padaku. Aku sedikit bergeser, memberi jarak.

"Kamu gak dingin Najmi??" Tanyanya dengan nada yang sangat aneh.

"Nggak pak." Ucapku sambil terus menjauh.

Pak Jamal menyerah lalu mengambil satu buku. "Oh iya,, ini pelajaran yang kemarin keluar di ulangan mid semester, coba kamu liat, sekiranya gak ngerti tanya aja." Dia memberikanku buku bertuliskan kisi kisi.

Aku membacanya dengan teliti. Sebenarnya tak ada yang terlalu sulit. Pelajarannya belum jauh dari pelajaran SMP. Namun ada beberapa pelajaran yang sama sekali tidak dipelajari di SMP.

Pak Jamal tiba tiba tiduran. Aku bingung sendiri melihatnya. Ingin bertanya tapi takut dengan jawabannya.

"Kalau capek sini tiduran dulu." Ajakannya membuatku merinding.

"Nggak capek kok." Aku mengambil airku lalu meminumnya sedikit.

"Minum dulu pak." Aku menawarkan satu botol lainnya.

"Minta botolmu aja." Pintanya membuatku geli.

"Jangan pak.. jorok."

"Ya udah bukain,, saya gak bisa buka tutup botol." Aku mendelik tak percaya. Tapi mau tak mau aku tetap membukanya, kalau tidak bisa bisa dia benar benar minum dari botolku. Rasanya seperti dinodai secara tidak langsung.

Aku memberikan botol itu,, pak Jamal duduk meminumnya lalu kembali tidur lagi.

Aku mendesah pelan, sebenarnya apa yang tengah ia lakukan?

"Kamar mandi sebelah mana?? Bapak mau numpang pipis."

"Kebelakang aja pak. Keluar lewat pintu dapur nanti ada pintu warna biru. Disitu kamar mandinya."

Pak Jamal mengangguk. Lalu pergi. Setelah pak Jamal pergi, najwa datang menghampiri.

"Dia kenapa sih??" Tanyaku heran.

"Dia lagi ngerasain aura dari penunggu sini."

"Emang pak Jamal bisa liat hantu??"

"Ya nggak sih,, cuma penunggu disini kan banyak dan kemungkinan mereka gak suka sama pak Jamal, jadi banyak yang gangguin."

"Oooohhh..."

"Jadi ini gimana mbak?? Aku mau belajar tapi malah ngerasa keganggu."

"Buka YouTube aja lah. Lagian bapak kayak orang kuno. Sekarang udah ada guru gratis, malah nyuruh guru mesum buat ngajarin anaknya."

Aku tersenyum lalu mengeluarkan ponselku. Tidak ada petir tak masalahkan bermain ponsel.

Aku dengan cepat mempelajari semua yang diterangkan mentor. Menurutku belajar seperti ini lebih mudah daripada belajar offline.

Bastaril Jarimati (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang