Bab IX ✅

1K 36 1
                                    

Kediaman Keluarga Hamadi
10 September 2017

(Najmi's POV)

Mataku mulai berembun saat menatap layar ponsel yang tengah memutar video rekreasi teman teman. Aku menyedot ingusku yang hampir keluar. Sedih sekali aku.

Ini memang bukan yang pertamakali, sudah puluhan kali mereka semua pergi tanpa mengajakku, bahkan menawariku ikut pun tidak. Jahat sekali.

Iyaaa,, Aku tau! aku tidak akan bisa ikut pergi bersama mereka, tapi seharusnya mereka tetap mengajakku. Bukankah kita ini kawan??

Oh aku salah, hanya aku yang menganggap mereka kawan. Sedangkan mereka hanya menganggapku sebagai bahan buly. Apalah aku ini, hanya remahan rengginang didalam toples Kong Guan. Tapi ini bukan tentang rengginang.

"Kacong,, aku sedih." Aduku pada kucing abu abu yang kini malah menguap disampingku.

"Kapan ya aku punya temen yang nganggep aku bener bener temen?? Atau setidaknya orang yang nganggep aku manusia."

"Meong." Kucingku malah menggeliat.

Aku merenung, sedangkan tanganku masih sibuk memanjakan peliharaan berbuluku. Sesekali menghembuskan nafas panjang.

Aku merebahkan diriku, ini masih pukul 9 malam tapi rasanya aku sudah lelah dengan kehidupan ini. Padahal ini kan cuma masalah sepele.

Aku menatap langit langit kamar, membosankan!! Setiap hari hanya melakukan hal hal yang tidak menarik sama sekali. Nanti anak cucuku pasti akan bosan jika mendengar cerita masa remajaku.

Aku merasa masa mudaku seperti akan habis begitu saja. Sebentar lagi aku akan berumur 16 tahun, sudah setua itu namun pengalamanku tidak jauh berbeda dengan anak TK. Aku bahkan tidak pernah melihat kotamadyaku sendiri. Memalukan.

Aku juga kehilangan teman teman SMP ku, padahal dulu kami begitu dekat, tapi kini rasanya asing. Terakhir aku berkumpul dengan mereka bertiga, semua terasa berbeda. Yang mereka bahas hanya berputar pada hal hal yang aku sama sekali tidak pahami. Sangat mengecewakan. Sejak saat itu aku memilih untuk menjauh perlahan.

Kini aku fokus untuk memperdalam ilmu agamaku yang masih secetek genangan air dihalaman kala hujan turun. Aku tau,, semua juga berkata seperti itu. Najmi sok alim, munafik, sok kaya, dan sok sok yang lainnya, rasanya lelah sekali menghadapi dunia. Andai saja seseorang mau meminjamkan bahunya untukku bersandar. Tapi yang ada hanya bahu jalan.

"Ya Allah,, mau temen." Aku berdoa sambil terduduk. Mataku nyalang melihat sekitar.

Aku teringat sesuatu!! buku itu, buku tentang membuka mata batin. Aku lupa belum membuangnya, bisa gawat jika orang rumah tau aku beli buku gak guna kayak gitu.

Aku mencarinya ditempat terakhir aku meletakkannya. Akhirnya jumpa, aku memandangi kembali buku yang diam diam kubeli dari pasar. Lumayan mahal untuk buku tidak berguna seperti ini. Dibuang sayang, gak dibuang juga gak guna.

"Huufftt,," aku kembali duduk dikasur.

" Baiklah buku,, tunjukkan keajaibanmu. Aku membelimu untuk merasakan manfaatmu. Jika kau tidak memberi manfaat maka merugilah aku. Jika kau memang benar benar hanya bualan maka akan kubakar kau malam ini juga." Aku mengancam sebuah benda mati.

"Baiklah akan kucoba sekali lagi, semoga tujuanku membelimu bisa tercapai."

"Bismillahirrahmanirrahim." Aku mengawali semuanya. Membuka buku itu dan membacanya lalu mempraktekan semua yang tertulis. Kuharap aku tidak melakukan hal yang sia sia.

Terakhir aku tinggal menutup mataku, memusatkan seluruh konsentrasi untuk membuka mata batin ku. Lalu...

"Ayo aku pasti bisa, fokus fokus fokus fokus." Aku bisa merasakannya, seakan aku tengah membuka mataku, tapi bukan kedua mataku.

Bastaril Jarimati (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang