Bab 20 : A-Xiǎo (The Little Prince of The Heavens)

486 83 70
                                    

Update yeeee. Siapa hayu yang nungguin? Ini belum diedit loh, jadi maaf maaf kalau banyak salah, Yoo sangat berterima kasih kalau kalian mau memberi kritis saran 😁

Dan juga, maaf nih belum bisa bawa kalian balik ke Korea lagi, tapi sebagai gantinya kita ketemu dedek gemes dulu ya 😭 tauk nih, padahal udah berusaha nyepetin alur, tapi kalau gak detail kyk kurang kriyuk kriyuk gimana gitu. Ya gak?

Oke. Ini penting.

Jadi Yoo tetapkan kalau
1 tahun dunia bayangan=10 tahun dunia manusia, okye?

Jadi di sini tuh, si pengeran kecil gak jauh beda umurnya sama si Kyuhyun Jeoha.....

Udah sih, itu aja, Happy Reading, maaf nunggu lama. Hanya 3500 kata😞

⁜⁜⁕⁕⁜⁜⁜⁕⁕⁜⁜⁜⁕⁕⁜⁜⁜⁕⁕⁜⁜
A-Xiao
The Little Prince of The Heavens
⁜⁜⁕⁕⁜⁜⁜⁕⁕⁜⁜⁜⁕⁕⁜⁜⁜⁕⁕⁜⁜

• Istana XiWu

"Bibi, kapan Fùqīn pulang?" Pertanyaan sederhana itu meluncur dari sesosok pangeran kecil kerajaan langit yang usianya masih di bawah 30 tahun.

Gadis cantik yang ada di sebelah si pangeran kecil terdiam dari kegiatannya yang sedang mengambil sesuap makanan dari piring–untuk diberikannya pada sang keponakan– saat mendengar pangeran kecil kembali merengek mencari ayahandanya.

Ini salah Guixian yang tiba-tiba pergi padahal sedang bersama A-Xiǎo, gerutu Qianqian dalam hati.
Pangeran kecil memang terkenal dekat dengan ayahandanya, ke manapun ayahandanya berada ia pasti selalu merengek ingin ikut. Apalagi sejak bayi hanya sosok ayahandanya yang dia miliki sebagai orangtua, karena ibundanya meninggal saat ia baru lahir, setidaknya itulah yang dikatakan ayahandanya padanya.

Sementara Qianqian, ia kadang merasa kasihan pada Guixian, kakak sepupunya, yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri, jadi sebisa mungkin ia ikut membantu mengurus dan menemani keponakannya saat Guixian sedang sibuk seperti sekarang.

"Fùqīn sebentar lagi pasti pulang. Sekarang A-Xiǎo makan dulu ya?" Qianqian kembali mengangkat sendok, dan menyodorkannya ke depan sang keponakan yang dipanggilnya A-Xiǎo (si kecil), karena Guixian belum memberi nama untuk anak sematawayangnya itu. "A-aa."

Melihat sang bibi kembali menyodorkan makanan padanya, A-Xiao segera menggelengkan kepalanya cepat sambil menutup mulut dengan kedua tangan mungilnya.

"Apa sudah kenyang?" Tanya Qianqian yang dibalas sebuah anggukan dari keponakannya.

Terlihat Qianqian diam sebentar untuk berpikir cara membujuk A-Xiao agar melanjutkan makan, dan tidak merengek lagi. Hingga satu ide terlintas di kepalanya saat ia ingat hal yang paling A-Xiao benci sekaligus takuti.

"Fùqīn pasti akan marah kalau A-Xiǎo membuang makanan seperti ini." Ujar Qianqian menakut-nakuti A-Xiao.

Mendengar perkataan bibinya tersebut, A-Xiao mengerjapkan matanya beberapakali menunggu sang bibi melanjutkan.

"A-Xiǎo mau Fùqīn memberi rotan lagi pada A-Xiǎo?"

Mata A-Xiao membelalak lebar kemudian menggelengkan takut-takut dengan mata yang bersinar ketakutan. Sungguh, ia tak mau lagi kakinya disabet rotan oleh ayahandanya lagi. Sakit sekali, dan setelah dipukul kakinya seperti mati rasa, tidak bisa digerakan, dan ia juga tidak bisa banyak bergerak.

Guixian memang terkenal disiplin dalam mendidik putra kecilnya. Tapi bukan berarti dia selalu menghukum putranya kalau berbuat salah, pria itu akan menggunakan cara lembut seperti berbicara dari mata ke mata dengan A-Xiao. Baru kalau A-Xiao tidak bisa dinasehati dan tidak juga mengaku salah, Guixian akan menghukum putranya tersebut. Dan karena A-Xiao masih kecil, ia hanya memberikan sabetan rotan di kaki. Hitung-hitung untuk melatih sang putra terbiasa dengan rasa sakit yang pasti akan putranya dapatkan jika terjun ke medan perang saat sudah dewasa nanti.

(IM)MORTAL-KyuMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang