Part XI

5.9K 312 6
                                    

Sudah genap satu bulan usia pernikahan ku dan Alif. Alif ialah sosok suami yg sangat aku cintai. Walaupun Alif jarang berada dirumah karena tuntutan pekerjaannya sebagai pilot, aku tak pernah mempersalahkannya. Alif sering menghubungi ku hanya sekedar menanyakan kabar. Terkadang dia sangat berlebihan menurut ku, hampir setiap saat dia mengirim pesan singkat hanya untuk mengingatkan ku, seperti

"Jangan lupa makan, Yasmin. Kesehatan mu itu sangat penting"

"Kata bi Surti, kamu sakit? Apa sudah ke dokter?"

"Jika kamu tidak mau ke dokter, aku akan menyuruh pak joko membelikan obat di apotek."

"Jangan lupa minum obat mu, aku akan marah jika kamu mengabaikan obat itu"

"Jika aku pulang, kamu harus sehat Yasmin. Aku tidak mau tau"

Aku terkekeh geli membaca deretan pesan singkat dari Alif. Tapi aku suka. Aku suka dengan perhatian-perhatian yg diberikan oleh Alif.

"Assalamu'alaikum"

Aku yg sedang sibuk mengedit video liburan di ruang TV pun beranjak, dan membukakan pintu.

"Wa'alaikumussalam.."

Betapa bahagianya aku melihat kehadiran Umi. Aku sangat merindumannya.

"Umi.. Bukannya Umi bilang mau balik ke Bandung bulan depan?"

"Iya Yasmin. Tapi Umi sudah rindu sama kamu dan Alif"

"Padahal Yasmin bisa saja menjemput Umi ke bandara", ucap ku.

"Alif mana?",tanya Umi

"Masih di atas awan, Mi",jawab ku seadanya.

Umi tertawa. Padahal aku tidak sedang melucu.

"Kamu ini, Yas. Masa anak Umi dibilang di atas awan"

"Iyaa maksud aku, Alif lagi kerja Mi. Ngendarain pesawat. Pesawat kan adanya di atas awan"

Umi mengangguk. Pertanda setuju dengan pernyataanku.

"Yasmin"

"Iya Umi?"

"Kamu bahagia menikah dengan Alif? ", pertanyaan Umi membuatku bingung. Seharusnya pertanyaan seperti itu tidak perlu ditanyakan.

"Yasmin sangat bahagia, Umi",ucapku jujur. Karena kenyatannya aku memang bahagia. Sangat bahagia.

"Apakah Alif ada menyakitimu?"

"Kenapa Umi bertanya seperti itu?"

"Karena Umi tidak mau hal itu terjadi, jika Alif sampai menyakiti mu, maka Umi telah gagal mendidiknya"

Aku tersenyum, "Alif tidak pernah menyakiti ku, Umi. Dia suami yg sangat baik dan perhatian. Alif memperlakukan ku dengan sangat baik. Umi tidak perlu khawatir"

Sepertinya hari ini akan menjadi hari Quality Time-ku dengan Umi. Setelah lama mengobrol, kami pun melakukan hal-hal yg biasa dilakukan perempuan. Apalagi kalau bukan memasak. Umi banyak memberitahu ku tentang Alif. Tentang makanan kesukaannya, tentang masa kecilnya yg begitu lucu. Bahkan aku sampai tertawa terbahak-bahak saat Umi menceritakan jika Alif pernah memanjat pohon mangga dan tidak bisa turun. Lucu bukan? Dia bisa memanjat namun tak bisa turun. HAHAHA.

🍁🍁🍁🍁

Aku membuka mata ku perlahan. Bau obat-obatan sangat membuatku tidak nyaman. Kepala ku sangat pusing. Dimana aku?

"Alhamdulillah. Kamu udah sadar"

Itu Ghina. Seingatku, aku dan Ghina berada di Caffe (re: Rain's Caffe)

Izinkan Aku Bahagia BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang