Part XIV

7K 342 23
                                    

Alif Pov

Malam itu aku masih menunggu Yasmin. Sudah jam 10 malam tapi Yasmin tak kunjung pulang. Nomornya tidak bisa dihubungi, dan Umi pun tak kunjung menjawab panggilan ku. Apa dia menginap di rumah Umi? Aku mencoba untuk berpositif thinking. Mungkin memang benar Yasmin menginap di rumah Umi.

Sebenarnya aku tidak tau harus senang atau sedih untuk menghadapi hari esok. Aku sangat senang bisa menikahi Aluna, tapi disisi lain hati kecil ku berat untuk menerima ini semua. Besok hanya ada akad nikah yg sederhana, tidak ada resepsi yg mewah, karena memang permintaan Aluna. Yang diundang pun hanya keluarga terdekat. Sebenarnya pernikahanku sudah diurus oleh Yasmin. Aku tidak mengerti mengapa Yasmin rela melakukan ini semua. Jujur, sampai saat ini aku menyesal dengan kata-kata ku yg pernah menyakiti Yasmin.

**

Kini, aku duduk berhadapan dengan Arjuna, dia yg akan menjadi wali Aluna. Karena kedua orang tua mereka telah tiada. Aku melihat sekeliling ruangan, Yasmin tidak ada. Aku sempat meminta kepada Arjuna agar menunggu Yasmin, untung saja dia mau menunggu. Tak lama kemudian, Umi datang. Aku mengucapkan syukur, itu artinya Yasmin juga sudah datang. Setelah benar-benar siap aku pun menjabat tangan Arjuna.

.....Saya terima nikahnya-

Belum selesai aku mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba saja Aluna tidak sadarkan diri. Dia terjatuh dari kursi rodanya. Sontak, Arjuna pun melepaskan jabatan tangannya dan berlari menghampiri Aluna. Aku terdiam melihat Aluna yg tak sadarkan diri. Semua orang yg berada disini panik.

"Alif! Kenapa diam saja! Kita bawa Aluna ke rumah sakit sekarang!"

Aku bergegas mengambil kunci mobil, dan langsung melesat ke rumah sakit. Pikiran ku kacau. Bagaimana terjadi sesuatu terhadap Aluna?

Setibanya di rumah sakit. Aluna langsung dilarikan ke IGD. Kaki ku membeku saat dokter mangatakan bahwa Aluna kritis. Sedangkan Arjuna, dia merutuki dirinya sendiri. Dia menganggap bahwa ia gagal merawat Aluna.

"Bagaimana keadaannya?", Umi menghampiri ku.

"Aluna mi, Aluna mi!",ucap ku lirih sembari terduduk lemas.

Umi mengusap punggungku. Aku tau Umi ingin menenangkan ku. Tapi tetap saja, aku tidak bisa tenang. Di dalam ruangan itu Aluna harus berjuang sendirian.

"Apakah kamu tidak sadar dengan apa yg terjadi pada mu sekarang, Lif?"

Aku menatap Umi dengan penuh tanda tanya.

"Allah tidak ridho terhadap apa yg kamu lakukan, Lif. Allah tidak ridho kamu menyakiti Yasmin! Walaupun Yasmin sendiri yg meminta izin kepada Umi agar kamu menikahi Aluna. Tapi, Umi mengerti perasaan Yasmin, Lif. Dia tulus mencintai mu. Dia wanita yg sangat baik, apakah Yasmin pernah menyakiti mu sampai kau tega menyakitinya seperti ini? Kalau memang kamu tidak bisa mencintai Yasmin sampai saat ini, apakah kamu tidak bisa untuk menjaga perasaannya? Kamu lupa sama janji Umi, Lif?! Kamu lupa?! Kalau bukan donor ginjal dari Yasmin, mungkin saat ini Umi tidak akan berada disini, Lif!"

Apa?! Yasmin mendonorkan ginjalnya untuk Umi? Kenapa aku tidak pernah tau tentang ini?

Umi menangis tersedu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena aku memang salah. Aku telah mengecewakan Umi. Umi marah pada ku. Dan aku telah menyakiti wanita yg menyelamatkan nyawa Umi. Ya Allah.

"Maafkan Alif, Umi. Maafkan Alif..",ucapku sembari berlutut kepada Umi.

"Seharusnya kamu minta maaf kepada Yasmin, bukan Umi",ucap Umi

"Umi... Alif ingin bertemu dengan Yasmin.. Mana Yasmin, Umi? Alif ingin bertemu dengannya",ucap ku lirih

"Seharusnya Umi yg bertanya kepada kamu, mana Yasmin? Umi tidak melihatnya dari tadi"

Izinkan Aku Bahagia BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang