7. Kesombongan

8.1K 669 45
                                    

Sandro mengambil selembar kertas hasil print out. Dia membaca tiap-tiap kalimat yang tertuang di dalamnya. Menimbang, apakah itu bisa dia jadikan alat untuk meyakinkan Nina tetap berada di sisinya, apa pun yang akan terjadi, mengingat wanita itu bahkan belum tahu apa-apa soal kehidupan Sandro dan malaikat kecilnya.

Dial nomor ditekan Sandro untuk memanggil interkom lantai atas. Kedudukannya sebagai CEO Anderson Group sepertinya sedikit disepelekan oleh sepupu sendiri yang menjabat sebagai seketaris dirut, karna panggilan pertama dari interkom Sandro bahkan tak dijawab oleh lelaki sialan itu, Jonathan. Sandro harus mengulang panggilannya sampai tiga kali, baru suara serak dari lelaki yang sudah menjadi teman sepermainnya terdengar kurang nyaman saat menyapa.

"Hm."

"Jo, apa yang bisa kita tawarkan pada Sarah sampai dia mau menandatangani surat cerai?" Sandro membaca tiap-tiap kalimat dalam selembar surat perjanjian buatannya.

"Uang," jawab Jonathan singkat di seberang interkom.

"Dia memang suka uang. Maksudku berapa?"

"Berapa yang kamu punya untuk membayar kelangsungan hidup Sarah dalam waktu lama?"

Pandangan Sandro teralih dari membaca surat perjanjian. Bicara dengan sepupunya—Jonathan, memang butuh kesepakatan otak. Kecerdasannya selalu menampik setiap pertanyaan dengan pertanyaan.

"Ini bukan questionnaire. Aku butuh pendapatmu."

"Berapa harga saham perusahaan Sarah sebelum dihibahkan ke Anderson?"

Sebelah alis Sandro terangkat. Bukan karna berpikir tentang jawaban Jonathan, tapi rasa tersinggung setelah mendengar kata hibah seakan-akan Anderson yang Sandro pimpin terlihat lemah di mata perusahaan lain.

"Kurasa harganya fantastik seperti harga untuk membeli mulutmu."

Kekehan di seberang terdengar. "Kupikirkan nanti. Sarah pernah bicara soal Sidney dengan mata berbinar. Kupikir Anderson masih mampu membeli saham di sana."

"Sidney?"

"Pendengaranmu berkurang?"

"Fine. Urus Sarah satu jam ke depan. I don't give a fuck with the deal price, buat dia segera menandatangani surat cerai dan bayar semua jalan agar aku segera mendapat akta cerainya."

Lalu sambungan terputus tanpa persetujuan atau hal lain. Makin lama Jonathan memang makin kurang ajar kepada Sandro.

"Mrs. Merry, di mana sekretaris baruku?" tanya Sandro setelah dia mengalihkan panggilan ke interkom luar ruangannya.

"Dia belum datang. Anda yakin merekomendasikan Nina sebagai pengganti saya?"

"No," jawab Sandro tegas membuat tanda tanya besar di kepala wanita berumur bernama Merry. Pandangan Sandro kembali menemui selembar surat perjanjian di atas meja. Keningnya mengernyit, sesuatu harus bisa Sandro selesaikan sebelum dia memanggil Nina untuk memilih perjanjian tersebut.

"Aku mau kamu menghubungi Sarah, suruh dia menemui Jonathan lebih dulu sebelum ke ruanganku."

"Anda yakin?"

"More than that. Dan jika Nina datang, suruh dia ke ruanganku segera."

***

Waktu untuk menanti kedatangan tiga tamunya terlewat sudah. Sandro memanggil Mrs. Merry sekali lagi, menyuruhnya membawakan Jonathan dan Sarah setelah Nina masuk ke ruangan. Sandro tahu ini akan jadi drama unik melihat Sarah akan bertemu Nina kedua kalinya, tapi siapa yang tahu kalau Sandro benar-benar punya sepupu berotak cerdas setelah berhasil membuat Sarah mengiyakan permintaan cerai.

• Scandal • [Sudah CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang