25 - Apa, Sih, yang Bisa Terjadi di Ruang Guru?

57 12 6
                                    

Hari itu, kudengar namanya
*

Aku bingung, sebenarnya aku ini pendiam atau ... supel? Karena entah kenapa aku selalu jadi--yah anggap saja--anak kesayangan guru. Ya ampun, bu dan pak, gini-gini kan saya cuman waketulas.

Jadi begini, sudah seperti ritual wajib kalau gurunya tidak datang-datang, maka harus ada yang manggil ke ruang guru--psst, karena K13 kan yang wajib aktif muridnya gitu, jadi guru agak santai gitu ya?

Untungnya guru mapel jam ini bertanggung jawab, jadi setelah aku ke sana dan ternyata dia kerepotan bawa buku jadi sekalian saja aku di sana sambil membantu bawain.

Atas pertanyaan yang ada di judul, aku beri tahu jawabannya: segalanya dapat terjadi di ruang guru.

Alkisah saat aku di sana, seorang guru laki-laki yang memang terlihat genit, ganjen, humoris, sekaligus playboy--maksudku, dalam urusan goda menggoda guru perempuan dia jagonya, tapi sama istri sahnya beliau setia, kok--terlihat menggoda guru kejuruanku.

Yang memang teteh Bandung teh geulis pisan. Mana beliau jurusan universitas negeri di Solo, jadi ngomongnya pun halus seperti Putri Solo. Terkadang sampai tidak bisa di dengar, sih.

"Uluh-uluh ayang kok baru datang?"

"Ih jijik," balas guru perempuanku sambil tertawa-tawa.

"Kamu kok gitu sayang? Ini kita dilihatin orang banyak, lo, harus harmonis dong." Tentu saja aku tak mau ketinggalan opera sabun yang sedang berlangsung. Aku melihatnya merentangkan tangan dan guru kejuruanku beringsut menghindar sambil memasang ekspresi jijik.

"Ih sayang kok lari." Jadi dari sini dia mengejar dan tentu saja seluruh ruang guru jadi tertawa terbahak-bahak melihat sinetron India dadakan.

Setelah menerima penolakan berkali-kali, akhirnya guru laki-laki itu tentu saja juga beringsut pergi, sambil memanggil seorang siswi bernama Dini.

"Halo Dini, anakku, sayangku. Kita ke kelas kamu ya hari ini, ayo."

Bodohnya, aku justru menoleh dan mata kami bertemu lagi. Siswi berambut pendek itu bernama Dini, siswi yang sama di dalam perpustakaan dan bus sekolah.

"Ayangku, aku ke kelas dulu, nanti mesra-mesranya kita lanjut lagi." Di titik ini, suara genit dari guru laki-laki itu terdengar buram.

Karena, yah, aku terlalu lama memandang siswi itu melempar senyumnya padaku. Hingga akhirnya dia pergi, atensiku kembali ke guru mapel yang mengajar di kelasku, setelah bukunya cukup, kami pergi dari ruang guru untuk menuju kelas.

Segalanya bisa terjadi di ruang guru, opera sabun, sinetron India, dan sebuah nama.

Dini.

RAMPAI: NPC's 30 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang